Ekonomi Digital Asia Tenggara Capai $300 Miliar, Singapura Dominasi Investasi AI

Ekonomi Digital Asia Tenggara Capai $300 Miliar, Singapura Dominasi Investasi AI

Ekonomi digital Asia Tenggara diproyeksikan melampaui $300 miliar Gross Merchandise Value (GMV) pada akhir 2025, meningkat 1,5 kali lipat dari perkiraan awal 10 tahun lalu dengan pertumbuhan pendapatan mencapai 11,2 kali lipat sejak 2016, menurut laporan e-Conomy SEA 2025 dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang untuk pertama kalinya memperluas cakupan dari 6 negara menjadi 10 negara ASEAN termasuk Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar, sementara Singapura mengukuhkan posisinya sebagai pusat AI regional dengan menarik $1,31 miliar pendanaan AI swasta atau 55% dari total investasi AI di kawasan.


Pencapaian Tonggak $300 Miliar GMV

Laporan e-Conomy SEA 2025 yang diluncurkan pada 11 November 2025 menunjukkan bahwa ekonomi digital Asia Tenggara akan melampaui $300 miliar dalam GMV pada akhir tahun ini, jauh melampaui target ambisius $200 miliar yang ditetapkan 10 tahun lalu. Sapna Chadha, Vice President Google untuk Southeast Asia dan South Asia Frontier, menyatakan bahwa kawasan tidak hanya mencapai target ini tetapi "melampauinya tiga tahun lebih cepat dari jadwal", memvalidasi bahwa potensi Asia Tenggara jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.

Dengan pertumbuhan GMV dan pendapatan yang stabil sebesar 15% per tahun, laporan ini memprediksi pendapatan akan mencapai $135 miliar saat profitabilitas meningkat di seluruh kawasan. Pencapaian luar biasa ini didorong oleh fundamental yang kuat, kondisi makroekonomi yang robust, dan perilaku konsumen baru yang transformatif. Sebagai ekonomi terbesar kelima dunia dengan populasi lebih dari 680 juta jiwa, Asia Tenggara telah mengalami transformasi digital yang luar biasa selama dekade terakhir dengan pencapaian utama mencakup: pertumbuhan GMV 7,4 kali lipat dan pertumbuhan pendapatan 11,2 kali lipat, $120 miliar pendanaan swasta yang telah diinvestasikan, dan lebih dari 200 juta pengguna internet baru.

Ekonomi digital kawasan telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, memanfaatkan strategi monetisasi yang sukses meskipun ada tantangan global seperti COVID dan inflasi. Saat ini, tiga dari lima orang di kawasan berbelanja online, dan lebih dari 60% dari semua pembayaran adalah digital, menandai pergeseran fundamental dalam perilaku konsumen. Florian Hoppe, Partner di Bain & Company, menekankan bahwa dengan GMV yang akan melampaui $300 miliar, "dekade digital" kawasan telah membangun fondasi kuat untuk merencanakan fase penciptaan nilai berikutnya.

E-Commerce dan Video Commerce Mendominasi Pertumbuhan

E-commerce adalah segmen terbesar dalam GMV Asia Tenggara, dengan penjualan diperkirakan mencapai $185 miliar tahun ini sementara pendapatan diproyeksikan mencapai $41 miliar. Akselerasi ini didorong oleh dua faktor kunci: skala ekonomi yang signifikan dari platform terkemuka yang menciptakan keunggulan kompetitif yang jelas, dan ekspansi cepat dari video commerce. Video commerce kini menyumbang sekitar 25% dari total GMV, meningkat dramatis dari kurang dari 5% pada 2022.

Tren ini didorong oleh volume tinggi transaksi bernilai rendah, pengaruh dari kreator lokal terpercaya, dan integrasi mulus dari media sosial ke e-commerce yang mengubah perhatian pengguna menjadi penjualan dengan hambatan minimal. Florian Hoppe menjelaskan bahwa konsep "shoppertainment" mendorong pertumbuhan video commerce, dengan pembeli yang ingin berinteraksi langsung dengan penjual. "Kreator ini mengunggah lebih dari 30 video bulanan, terus berinteraksi, mereka harus relatable," kata Hoppe.

Sektor digital lain juga menunjukkan pertumbuhan solid. Platform layanan antar makanan kini menguntungkan atau mendekati profitabilitas dengan membangun model bisnis yang lebih berkelanjutan, telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi biaya layanan melalui logistik yang dioptimalkan. GMV layanan antar makanan diproyeksikan mencapai $23 miliar dengan pendapatan mendekati $2,4 miliar di 2025. Segmen transportasi terus tumbuh dengan menawarkan layanan berjenjang dan paket berlangganan, sementara iklan dalam aplikasi menyediakan aliran pendapatan tambahan dengan GMV mencapai $11,5 miliar dan pendapatan naik menjadi $1,9 miliar.

Singapura Muncul sebagai Pusat AI Regional

Singapura mengukuhkan posisinya sebagai pusat AI regional terkemuka, telah mengamankan $1,31 miliar dalam pendanaan AI swasta dari paruh kedua 2024 hingga paruh pertama 2025, menandai pertumbuhan pendanaan 55% yang mencolok. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara SEA-6 dan menyumbang 55% dari semua investasi AI ke 10 negara Asia Tenggara yang termasuk dalam laporan. Ketahanan ini, ditambah dengan fokus pemerintah yang kuat pada perlindungan pekerja dan tata kelola AI, memperkuat posisi Singapura sebagai pusat regional vital untuk teknologi dan keuangan.

Singapura adalah rumah bagi hampir 500 startup AI aktif dari hampir 700 di kawasan, mencerminkan konsentrasi yang mengesankan. Fock Wai Hoong, Head of Southeast Asia di Temasek, menyatakan "Meskipun mayoritas perusahaan AI ini berbasis di Singapura sebagai hub regional atau global mereka, kami melihat proliferasi penggunaan AI di seluruh kawasan yang lebih luas." Pemerintah Singapura telah berkomitmen lebih dari $1 miliar selama lima tahun ke depan untuk komputasi AI, talenta, dan pengembangan industri, dengan alokasi spesifik termasuk $500 juta untuk sumber daya komputasi berkinerja tinggi dan $300 juta untuk Strategi Kuantum Nasional.

Kekuatan Singapura juga memiliki efek limpahan, menyebabkan Asia Tenggara menjadi "magnet global untuk infrastruktur AI", menurut Sapna Chadha dari Google. Singapura mencapai batas konsumsi energi, dan penyedia cloud mengalihkan fokus ke negara tetangga seperti Malaysia untuk ekspansi pusat data. Total kapasitas pusat data di kawasan diperkirakan tumbuh sekitar 180%, lebih cepat dari pertumbuhan yang diproyeksikan untuk kawasan Asia-Pasifik lainnya dengan lebih dari 4.600 MW kapasitas baru yang direncanakan.

Peningkatan Hati-hati dalam Pendanaan Swasta

Pendanaan swasta di Asia Tenggara mengalami pemulihan yang tertarget, dengan modal naik 15% per tahun menjadi sekitar $8 miliar. Modal ini difokuskan secara strategis pada kesepakatan tahap akhir dan sektor Digital Financial Services (DFS) yang tumbuh pesat, yang menarik sekitar setengah dari total nilai kesepakatan. Lebih dari $2,3 miliar telah diinvestasikan dalam lebih dari 680 startup AI kawasan, menyumbang lebih dari 30% dari nilai pendanaan swasta pada paruh pertama 2025.

Peningkatan investasi tahap akhir, terbesar sejak paruh kedua 2023, telah didorong oleh aktivitas ekuitas swasta dan investasi korporat. Sementara pendanaan tahap awal terus berkontraksi, penyebaran tahap pertumbuhan stabil secara tahunan dibandingkan dengan H1 2024. Jumlah investasi tahap pertumbuhan turun secara tahunan, tetapi ukuran kesepakatan rata-rata meningkat, menunjukkan disiplin dan konsentrasi modal yang lebih besar ke bisnis berkualitas lebih tinggi. Pendanaan terus terdiversifikasi ke sektor yang baru berkembang, terutama perangkat lunak dan layanan.

Peningkatan hati-hati ini didukung oleh tiga pendorong utama: valuasi masuk yang realistis yang sebagian besar telah menetap di level berkelanjutan, model monetisasi yang terbukti di mana pertumbuhan pendapatan sejalan dengan GMV, dan jalur yang lebih jelas menuju profitabilitas untuk pemain digital yang mapan. Fokus kini beralih ke pendorong keempat yaitu jalur keluar yang dapat diandalkan, yang menunjukkan tanda-tanda positif dan pipeline IPO yang sehat di kawasan. Mayoritas investor mengharapkan peningkatan pendanaan di Singapura, Vietnam, dan Malaysia, dengan penekanan khusus pada perangkat lunak dan layanan serta AI dan teknologi mendalam.

Adopsi AI oleh Konsumen dan Tenaga Kerja

Transformasi AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di kawasan, dengan minat konsumen dalam topik AI 3 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata global. Lima negara dari kawasan yaitu Singapura, Brunei, Filipina, Indonesia, dan Malaysia sudah masuk di antara 20 negara teratas dunia untuk minat dalam AI multimodal. Tiga dari empat pengguna mengatakan alat bertenaga AI telah membantu mereka menemukan konten dan membuat tugas lebih mudah, sementara hampir setengahnya (45%) berharap menghemat waktu penelitian dan membuat keputusan lebih cepat.

Adopsi tenaga kerja juga mengesankan dengan 79% pekerja mengatakan mereka telah belajar menggunakan AI, dan 43% melaporkan menggunakannya baik secara pribadi maupun profesional. Tenaga kerja kawasan memanfaatkan peluang AI dan secara aktif mengembangkan keterampilan mereka untuk memanfaatkan teknologi ini. Program pemerintah dan inisiatif sektor swasta bekerja sama untuk mengatasi tantangan talenta, dengan Singapura bertujuan untuk melipatgandakan jumlah praktisi AI dari 4.500 menjadi 15.000 pada 2029.

Dengan pergeseran struktural yang mendefinisikan masa depan yaitu akselerasi AI berdampak tinggi yang segera terjadi, tanda-tanda kebangkitan pasar modal, dan dorongan strategis menuju kerja sama regional yang lebih dalam dan dukungan regulasi, Asia Tenggara diposisikan untuk memanfaatkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pencapaian tonggak GMV $300 miliar mengonfirmasi keberhasilan dekade digital fondasi Asia Tenggara dan menetapkan panggung untuk era pertumbuhan berikutnya yang didorong AI dan lebih berkelanjutan.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


⚠️ Berita ini seluruhnya diriset, ditulis, dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Mohon maaf apabila terdapat ketidakakuratan pada data aktual.


Berita Terkait Ekonomi Digital dan AI

🤖 Intel CTO Sachin Katti Resign Setelah 6 Bulan, Pindah ke OpenAI untuk Bangun Infrastruktur AGI

🔥 AMD Prediksi Pasar Chip Data Center AI Tembus $1 Triliun di 2030: Lisa Su Targetkan Puluhan Miliar Revenue

Google Dark Launch Gemini 3 Pro Preview: Model AI 1 Triliun Parameter dengan Context Window 1 Juta Token

💡 Yann LeCun Tinggalkan Meta: Pelopor AI Dirikan Startup World Models


Sumber dan Referensi

[1] e-Conomy SEA 2025 report: ASEAN's digital economy poised to surpass $300 billion in GMV by 2025

[2] ASEAN's $300 billion digital economy enters the AI reality

[3] Southeast Asia's digital economy set to top US$300b by end-2025; Singapore attracts most AI funding

[4] Singapore's $27B AI Revolution Powers Southeast Asia 2025

[5] South-east Asia digital economy to surpass US$300 billion in 2025, rides AI wave