17 Penerbit Manga Jepang Ancam OpenAI Sora

17 Penerbit Manga Jepang Ancam OpenAI Sora

Tujuh belas raksasa penerbitan manga dan anime Jepang, termasuk Kadokawa, Kodansha, dan Shogakukan, secara resmi melayangkan surat peringatan kepada OpenAI dengan ancaman tindakan hukum atas pelanggaran hak cipta masif melalui aplikasi Sora 2. Platform AI video generation yang baru diluncurkan 30 September 2025 ini diduga menggunakan karya berhak cipta tanpa izin untuk machine learning, menghasilkan output yang sangat menyerupai karakter ikonik seperti Dragon Ball, Pokémon, Attack on Titan, dan karya Studio Ghibli. Surat peringatan ini menandai eskalasi pertama konfrontasi hukum berskala besar antara industri kreatif Jepang dengan raksasa AI Amerika, yang berpotensi menciptakan preseden global tentang bagaimana teknologi AI generatif harus menghormati intellectual property.


Kadokawa, Kodansha, Shogakukan Pimpin Koalisi Anti-Pelanggaran

Delapan belas perusahaan Jepang, yang tergabung bersama Content Overseas Distribution Association (CODA), menerbitkan pernyataan bersama pada Jumat, 31 Oktober 2025, yang secara tegas mengkritik penggunaan sistem generasi video-audio AI Sora 2 milik OpenAI. Menurut pernyataan tersebut, Sora 2 memproduksi konten yang sangat menyerupai karya dan gambar yang awalnya diciptakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Nama-nama besar industri manga seperti Kadokawa Corp (pemilik IP KonoSuba, RE:ZERO, Sword Art Online), Kodansha Ltd (Attack on Titan, Blue Lock, Tokyo Revengers), Shogakukan Inc, dan Square Enix termasuk di antara penandatangan pernyataan ini.

CODA dan para anggotanya menentukan bahwa Sora 2 menggunakan karya berhak cipta untuk machine learning tanpa persetujuan, yang menghasilkan output yang sangat mirip dengan konten perusahaan-perusahaan tersebut. Ini bukan hanya soal kemiripan visual biasa, tetapi replikasi yang begitu akurat sehingga sulit dibedakan dari karya aslinya. Lebih parah lagi, Sora 2 menggunakan sistem opt-out alih-alih opt-in, yang berarti semua karya secara teoretis dapat digunakan dalam program tersebut sampai perusahaan meminta karyanya dihapus. Dalam hukum hak cipta Jepang, ini merupakan pelanggaran karena undang-undang melindungi karya yang diciptakan dan memerlukan izin untuk penggunaan.

CEO OpenAI Sam Altman sebenarnya telah mengakui dalam posting blog pasca-peluncuran bahwa "kami terkesan dengan betapa dalamnya hubungan pengguna dengan konten Jepang!" Namun, pengakuan ini justru memperburuk kekhawatiran karena menunjukkan ketergantungan model AI pada data pelatihan yang berasal dari karya cipta Jepang tanpa kompensasi atau izin yang memadai. Sejak peluncuran Sora 2 akhir September, platform media sosial seperti X (sebelumnya Twitter) dan Instagram dibanjiri jutaan video hasil generasi AI yang meniru gaya anime Jepang, termasuk karakter dari franchise seperti One Piece, Demon Slayer, dan karya Studio Ghibli.

CODA telah meminta dengan tegas agar Sora 2 tidak menggunakan konten perusahaan anggotanya untuk machine learning tanpa izin, dan menuntut OpenAI merespons klaim mereka mengenai pelanggaran hak cipta untuk melindungi karya kreator dan memastikan pengembangan teknologi AI yang sehat. Perusahaan-perusahaan ini juga meminta perubahan dari sistem opt-out menjadi opt-in untuk mengizinkan konten di Sora 2, yang merupakan tuntutan fundamental dalam melindungi hak cipta mereka.

Pemerintah Jepang Turun Tangan dengan Peringatan Resmi

Kontroversi ini telah menarik perhatian pemerintah Jepang yang kini turun tangan secara resmi. Dalam konferensi pers Kantor Kabinet pada Jumat, Minoru Kiuchi (menteri negara untuk strategi IP dan AI) mengumumkan bahwa pemerintah telah membuat permintaan formal kepada organisasi Amerika tersebut untuk menghindari pelanggaran hak kekayaan intelektual Jepang. Permintaan tersebut dilakukan secara online oleh Markas Besar Strategi Kekayaan Intelektual Kantor Kabinet. Kiuchi menjelaskan manga dan anime sebagai "harta tak ternilai" yang dibanggakan Jepang ke seluruh dunia.

Politisi Jepang lainnya seperti Menteri Digital Masaaki Taira mengungkapkan harapan bahwa OpenAI akan mengambil tindakan sukarela untuk mematuhi permintaan ini, sambil mengindikasikan bahwa langkah-langkah di bawah Undang-Undang Promosi AI Jepang mungkin akan digunakan jika situasi berlanjut. Undang-undang ini, yang mulai beroperasi pada 1 September 2025, memberikan pemerintah wewenang untuk "menganalisis kasus di mana hak atau kepentingan warga negara dilanggar melalui penelitian, pengembangan, atau penggunaan teknologi terkait AI yang dilakukan dengan tujuan yang tidak tepat atau metode yang tidak pantas, dan mempertimbangkan tindakan balasan berdasarkan analisis tersebut."

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal Akihisa Shiozaki menyebut ini sebagai "masalah hukum dan politik yang serius" dan menyarankan bahwa pemerintah dapat menggunakan Pasal 16 Undang-Undang Promosi AI Jepang yang baru untuk memerintahkan pengungkapan spesifikasi Sora 2, metode penyaringan, dan proses moderasi jika situasi terus berlanjut. Ini menandakan bahwa Jepang siap menggunakan kekuatan regulasi penuh untuk melindungi aset budayanya yang berharga.

Yang menarik, pemerintah Jepang juga menekankan bahwa negara mereka telah memikat dunia dengan kekuatan kreatif anime, game, dan musik. "Kami adalah negara yang telah memikat dunia dengan kekuatan kreatif anime, game, dan musik," ujar Kiuchi. Pernyataan ini menegaskan betapa pentingnya industri kreatif bagi identitas nasional dan ekonomi Jepang, dan mengapa perlindungan IP menjadi prioritas tinggi.

Implikasi Global untuk Pengembang AI dan Ekosistem Software

Kasus ini memiliki implikasi luas yang melampaui konflik bilateral Jepang-Amerika. Bagi software developer AI dan pengembang aplikasi AI di Indonesia dan seluruh dunia, ini adalah wake-up call tentang pentingnya membangun sistem AI yang menghormati hak cipta sejak tahap desain. Model bisnis "train first, ask permission later" yang dipraktikkan banyak perusahaan AI kini menghadapi resistensi serius dari pemegang hak cipta global.

OpenAI sendiri telah mencoba merespons dengan mengumumkan bahwa perusahaan akan memberikan "kontrol lebih granular" kepada pemilik hak cipta atas bagaimana karakter mereka digunakan dalam tool AI, serta berencana berbagi revenue dengan mereka yang mengizinkan penggunaannya. Altman mengatakan Sora akan segera beralih dari sistem opt-out ke opt-in, mengindikasikan bahwa karakter berhak cipta tidak akan diizinkan tanpa izin. Namun, ia juga memperingatkan bahwa perusahaan mungkin tidak dapat sepenuhnya menghentikan semua penyalahgunaan kekayaan intelektual. "Mungkin ada beberapa generasi edge cases yang tidak seharusnya terjadi, dan diperlukan beberapa iterasi untuk membuat stack kami berjalan dengan baik," tulis Altman.

Kontroversi ini juga menambah deretan gugatan hak cipta yang dihadapi perusahaan AI generatif. Pada Juni 2025, Disney dan Universal Pictures menggugat platform pembuat gambar AI Midjourney, menuduh perusahaan tersebut menggunakan dan menyebarkan karakter yang dihasilkan AI dari film-film mereka serta mengabaikan permintaan mereka untuk menghentikan pelanggaran. Motion Picture Association juga telah mendesak OpenAI untuk mengambil "tindakan segera dan tegas" terhadap platform Sora 2, menyatakan bahwa video yang melanggar hak cipta film, acara, dan karakter anggota mereka telah meningkat drastis sejak peluncuran Sora 2.

Bagi pengembang AI di Indonesia, pelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya membangun partnership yang etis dengan pemilik konten sejak awal. Daripada menghadapi gugatan mahal di kemudian hari, lebih baik berinvestasi dalam lisensi yang sah dan sistem opt-in yang menghormati hak kreator. Ini bukan hanya soal kepatuhan hukum, tetapi juga tentang membangun ekosistem AI yang berkelanjutan dan adil bagi semua pihak—developer, kreator konten, dan pengguna akhir.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


⚠️ Berita ini seluruhnya diriset, ditulis, dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Mohon maaf apabila terdapat ketidakakuratan pada data aktual.


Berita Terkait OpenAI dan Hak Cipta

🎬 OpenAI Monetisasi Sora dengan Sistem Berbayar

🔒 OpenAI Luncurkan Aardvark: AI Security Agent GPT-5 yang Bisa Deteksi dan Perbaiki Bug Otomatis

🤖 Sam Altman: OpenAI Miliki Peneliti AI Sejati pada 2028

💼 Microsoft dan OpenAI Restrukturisasi Kemitraan Senilai $500 Miliar

🎵 OpenAI Kembangkan Tool Generasi Musik Berbasis AI


Sumber dan Referensi:

[1] 18 Anime, Manga Companies Publish Joint Statement Criticizing Use of Generative AI With Sora2 Program

[2] Japanese Government Calls on Sora 2 Maker OpenAI to Refrain From Copyright Infringement

[3] Japan warns OpenAI to stop using anime and manga without permission

[4] Japan's government asks OpenAI to seek permission amid Sora 2 copyright concerns

[5] Stop Using Super Mario and Pikachu in Sora 2 Videos, Japan Tells OpenAI