Riset Microsoft: 50% Pengguna AI Curhat Soal Kesehatan dan Percintaan

Studi penggunaan chatbot terbesar dalam sejarah industri AI baru saja dirilis oleh Microsoft, menganalisis lebih dari 37,5 juta percakapan anonim pengguna Copilot dari Januari hingga September 2025. Temuan yang terungkap sungguh mengejutkan sekaligus menyentuh sisi kemanusiaan: sekitar separuh dari seluruh percakapan AI didominasi oleh topik wellness, kesehatan mental, karir, dan hubungan percintaan. Bagi para software developer AI dan pengembang aplikasi AI, riset monumental ini menjadi bukti empiris bahwa manusia tidak hanya membutuhkan asisten produktivitas, tetapi juga teman curhat digital yang mampu memahami kegelisahan eksistensial mereka.
37,5 Juta Percakapan Copilot: Studi Terbesar Industri AI
Microsoft baru saja mempublikasikan Copilot Usage Report 2025, yang diklaim sebagai studi penggunaan chatbot paling komprehensif dan masif yang pernah dilakukan dalam sejarah industri kecerdasan buatan. Riset fenomenal ini menganalisis lebih dari 37,5 juta percakapan anonim pengguna Copilot yang terkumpul selama periode Januari hingga September 2025, memberikan insight yang belum pernah ada sebelumnya tentang bagaimana manusia benar-benar berinteraksi dengan AI di kehidupan sehari-hari.
Hasilnya cukup mencengangkan dan mungkin akan mengubah asumsi banyak orang tentang use case utama AI chatbot. Ternyata, topik yang paling sering dibahas pengguna dengan AI bukanlah soal coding, analisis data, atau produktivitas kerja seperti yang diasumsikan banyak orang. Melainkan hal-hal yang sangat personal dan intim: kesehatan fisik dan mental, perkembangan karir, serta dinamika hubungan percintaan. Temuan ini menunjukkan bahwa pengguna sudah mulai memperlakukan AI chatbot layaknya teman curhat terpercaya atau konselor pribadi yang selalu available 24/7, bukan sekadar asisten produktivitas yang kaku dan transaksional.
Wellness dan Percintaan: Kebutuhan Manusia yang Tak Terpenuhi
Data granular dari Microsoft mengungkapkan bahwa sekitar 50% penggunaan conversational AI berpusat pada masalah wellness dan relationship. Pengguna aktif bertanya tentang tips menjaga kesehatan mental di tengah tekanan hidup modern, meminta advice navigasi kompleksitas percintaan dan hubungan interpersonal, hingga mencari strategi mengatasi burnout dan stres kerja yang semakin prevalent di era post-pandemic.
Fenomena menarik ini sejalan dengan laporan komprehensif dari American Psychological Association (APA) yang menyatakan bahwa jutaan orang secara global kini mengandalkan AI chatbot untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mental yang tidak terpenuhi oleh sistem healthcare konvensional. Faktor pendorongnya kompleks dan saling terkait: krisis kesehatan mental global yang terus memburuk, meningkatnya tingkat kesepian dan disconnection sosial di era digital, kurangnya tenaga profesional kesehatan mental terutama di daerah underserved, serta barrier ekonomi yang membuat terapi profesional tidak terjangkau bagi banyak orang. Bagi software developer AI, ini menjadi sinyal kuat bahwa fitur empati, emotional intelligence, dan trauma-informed responses harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan chatbot generasi berikutnya.
Implikasi Mendalam untuk Industri AI dan Kesehatan Mental
Temuan riset Microsoft ini memiliki implikasi yang sangat besar dan multidimensional bagi industri AI secara keseluruhan. Para pengembang aplikasi AI kini perlu serius mempertimbangkan aspek psikologis, emosional, dan etis dalam setiap tahap desain produk mereka. Chatbot yang awalnya dirancang untuk menjawab pertanyaan faktual kini harus siap menghadapi curhatan eksistensial dan kerentanan emosional penggunanya.
Microsoft sendiri menyebut riset ini sebagai langkah fundamental untuk memahami bagaimana pengguna benar-benar memanfaatkan chatbot dalam kehidupan sehari-hari, melampaui use case yang originally intended. Data berharga ini akan digunakan untuk mengembangkan Copilot yang lebih human-centered, empathetic, dan responsif terhadap kebutuhan emosional pengguna. Namun, perlu dicatat dengan serius bahwa sebagian besar AI chatbot tidak dirancang atau diregulasi untuk memberikan feedback klinis atau treatment kesehatan mental. APA bahkan telah mengeluarkan health advisory khusus yang memperingatkan publik tentang limitasi dan potensi risiko penggunaan AI untuk kebutuhan kesehatan mental tanpa pengawasan profesional.
(Burung Hantu Infratek / Microsoft AI / Thurrott / APA)
⚠️ Berita ini seluruhnya diriset, ditulis, dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Mohon maaf apabila terdapat ketidakakuratan pada data aktual.
Berita Terkait Microsoft dan AI Chatbot
💼 Microsoft Copilot Fall Update Akhirnya Worth Trying
🤖 Microsoft Siapkan AI Agent Beridentitas Karyawan: Punya Email dan Teams Sendiri
📱 WhatsApp Tendang AI Chatbot: Copilot dan ChatGPT Diusir 15 Januari 2026
💰 Microsoft dan OpenAI Restrukturisasi Kemitraan Senilai $500 Miliar
Sumber dan Referensi
[1] It's About Time: The Copilot Usage Report 2025 - Microsoft AI
[2] Microsoft AI Releases Its First-Ever Copilot Usage Study - Thurrott
[3] Microsoft analysis of 37.5M Copilot conversations - Techmeme
[4] APA Health Advisory on AI Chatbots for Mental Health - APA
[5] 64% of Teens Say They Use AI Chatbots as Mental Health Concerns Mount - Gizmodo
[6] Experiences of generative AI chatbots for mental health - Nature
[7] The Rise of AI Companions: Human-Chatbot Relationships - arXiv
[8] Randomized Trial of AI Chatbot for Mental Health Treatment - NEJM AI
[9] Longitudinal Study on Social and Emotional Use of AI - arXiv
