Dia Browser Adopsi Fitur Arc: Akuisisi Atlassian $610 Juta

Dia Browser Adopsi Fitur Arc: Akuisisi Atlassian $610 Juta

The Browser Company menggebrak industri dengan pengumuman strategis: Dia, browser AI terbaru mereka, akan mengadopsi fitur-fitur ikonik dari Arc yang sempat jadi favorit power user namun gagal mencapai adopsi massal. Langkah berani ini diambil pasca akuisisi mengejutkan oleh Atlassian senilai $610 juta, menandai pivot dramatis dari eksperimen Arc yang terlalu kompleks menuju platform AI-native yang lebih accessible. Josh Miller, CEO The Browser Company, mengonfirmasi bahwa "Arc's greatest hits" akan dibawa ke Dia sambil tetap mempertahankan arsitektur superior untuk AI, kecepatan, dan keamanan - sebuah strategi yang bisa mengubah landscape persaingan browser AI yang kini memanas antara OpenAI, Microsoft, dan Google.


Arc Terlalu Kompleks, Dia Hadir dengan Strategi Berbeda

The Browser Company resmi mengumumkan pada 3 November 2025 bahwa Dia akan membawa fitur-fitur terbaik Arc ke dalam ekosistemnya. Keputusan ini muncul setelah Arc mengalami pertumbuhan yang melambat dan dianggap "terlalu kompleks untuk diadopsi kebanyakan orang." Josh Miller, CEO perusahaan, mengakui bahwa Arc pada dasarnya adalah eksperimen yang terlalu radikal untuk pasar mainstream.

Arc sempat menjadi fenomena di kalangan early adopter dan power user sejak diluncurkan pertengahan 2023. Browser ini menawarkan pendekatan revolusioner dengan workspace terpisah untuk browsing kerja dan personal, pinned tabs, Command Bar mirip Spotlight Apple, dan sidebar yang menggabungkan search bar, tab list, bookmarks, dan audio controls. Namun kompleksitas yang menjadi kekuatannya justru menjadi penghalang adopsi mainstream.

"Arc was simply too different, with too many new things to learn, for too little reward," tulis Miller dalam blog post awal tahun ini yang mendetail keputusan perusahaan untuk menutup Arc dan fokus ke Dia. Miller mengakui bahwa Arc kekurangan kohesi baik dalam core features maupun core values - sebuah pengakuan jujur yang jarang terlihat dari founder tech startup.

Meski gagal mencapai adopsi massal, Arc memberikan The Browser Company lebih dari setahun wawasan berharga tentang fitur browser modern mana yang resonan dengan user dan mana yang tidak. Pembelajaran ini kini menjadi amunisi strategis untuk membangun Dia - browser yang lebih sederhana namun powerful dengan AI capabilities superior.

Miller menegaskan dalam pengumuman di X bahwa "Dia's architecture is much better for AI, speed, security" dibanding Arc. Ini mengindikasikan bahwa Dia bukan sekadar "Arc 2.0," melainkan rebuild fundamental dengan filosofi AI-native yang dirancang dari awal untuk mengakomodasi agent dan memory - dua komponen krusial dalam browser era AI.

Fitur Arc yang Pindah ke Dia: Sidebar, Vertical Tabs, dan Focus Mode

Beberapa fitur ikonik Arc yang akan hadir di Dia sudah mulai terlihat dalam rilis "early birds" terbaru. Sidebar mode - navigasi vertikal yang menjadi signature Arc - kini tersedia di Dia. Fitur ini memungkinkan user mengakses tabs, bookmarks, dan controls dalam satu panel vertikal yang efisien, berbeda dari tab horizontal tradisional yang cepat berantakan saat banyak tab terbuka.

Vertical tabs juga sudah dikonfirmasi hadir, menawarkan manajemen tab yang lebih efisien terutama untuk user yang terbiasa membuka puluhan tab sekaligus. Pinned tabs dalam grid view memudahkan akses cepat ke situs favorit tanpa memakan space bar atas. Focus mode memberikan workspace bebas distraksi - fitur yang krusial bagi knowledge worker yang butuh deep work time.

Yang menarik, Dia juga mengadopsi Google Meet picture-in-picture yang otomatis aktif saat user switch tabs. Fitur ini menunjukkan perhatian detail The Browser Company terhadap workflow real-world user yang sering multitasking antara meeting dan pekerjaan lain. Custom keyboard shortcuts juga sudah tersedia, mengakomodasi power user yang mengandalkan keyboard navigation.

Miller mengisyaratkan bahwa tim sedang mengeksplorasi cara mentransisikan Arc's Spaces - browsing area terpisah dengan set pinned tabs, favorites, themes, history, dan cookies sendiri - ke Dia. Fitur Spaces ini populer di kalangan user Arc yang memisahkan context kerja, personal, dan project berbeda dalam satu browser tanpa perlu multiple profiles.

Browser War AI Memanas: Dia Hadapi Atlas dan Edge Copilot Mode

Akuisisi $610 juta oleh Atlassian menempatkan The Browser Company dalam posisi unik di tengah browser war generasi AI yang bergerak sangat cepat. Deal ini mencakup kepemilikan kedua browser - Arc dan Dia - plus seluruh tim engineering, dengan jaminan operasi independen di bawah payung Atlassian.

Atlassian, yang terkenal dengan produk kolaborasi seperti Jira dan Confluence, nampaknya bertaruh besar pada masa depan browser berbasis AI. Miller mengungkapkan bahwa Dia sedang mengembangkan integrasi mendalam dengan Jira dan aplikasi lain seperti Linear - langkah strategis yang memanfaatkan ekosistem Atlassian untuk differentiation dari kompetitor.

Persaingan browser AI kini masuk fase hyper-competitive. OpenAI meluncurkan ChatGPT Atlas sebagai browser AI-native pertama yang menantang dominasi Chrome. Microsoft langsung counter dengan Edge Copilot Mode dalam waktu 48 jam - respon kilat yang menunjukkan seberapa serius raksasa tech melihat ancaman ini. Google pun mulai mengintegrasikan Gemini lebih dalam ke Chrome.

Dalam ekosistem yang bergerak secepat ini, Dia harus cepat membuktikan bahwa arsitektur AI-native mereka bukan sekadar buzzword. Keputusan membawa fitur Arc sambil tetap mempertahankan kesederhanaan menunjukkan strategi pivoting yang matang - The Browser Company belajar dari kesalahan: jangan korbankan user experience demi inovasi.

Miller juga solicited feedback tentang fitur lain yang perlu ditambahkan, seperti swipeable profiles dan Arc Search-inspired updates untuk Dia mobile app yang dijadwalkan 2026. Keterbukaan ini menunjukkan pendekatan user-centric yang berbeda dari Arc era - di mana eksperimen kadang terlalu jauh dari kebutuhan user actual.

Bagi current user Arc, migrasi ini sebenarnya kabar baik. Alih-alih kehilangan fitur favorit, mereka akan mendapat platform lebih powerful dengan AI capabilities superior. Open-sourcing Arc juga memberi safety net bagi yang masih ingin bertahan. Untuk market lebih luas, Dia berpotensi jadi "best of both worlds" - kesederhanaan browser mainstream dengan power-user features dari Arc. Kalau eksekusinya tepat, ini bisa jadi competitive advantage signifikan melawan Atlas dan Edge dalam perang browser AI yang baru saja dimulai.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


⚠️ Berita ini seluruhnya diriset, ditulis, dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Mohon maaf apabila terdapat ketidakakuratan pada data aktual.


Berita Terkait Browser AI

🌐 OpenAI Luncurkan ChatGPT Atlas: Browser AI-Native untuk Tantang Dominasi Google Chrome

Microsoft Luncurkan Edge Copilot Mode Dua Hari Setelah OpenAI Atlas: Perang Browser AI Memanas


Sumber dan Referensi

[1] Dia's AI browser starts adding Arc's 'greatest hits' to its feature set - TechCrunch

[2] Atlassian Enters Into Definitive Agreement to Acquire The Browser Company of New York - Business Wire

[3] Your Tuesday in 2030 - The Browser Company Blog

[4] Dia AI browser inherits Arc's winning features after $610M buyout - TechBuzz

[5] Atlassian acquires AI browser developer The Browser Company for $610M - SiliconANGLE