Startup AI Perplexity Siap Akuisisi Google Chrome Rp534 Triliun!

Startup AI Perplexity Siap Akuisisi Google Chrome Rp534 Triliun!

Sebuah langkah mengejutkan terjadi di dunia teknologi kecerdasan buatan (AI). Startup AI Perplexity yang baru berusia tiga tahun mengajukan tawaran akuisisi senilai $34,5 miliar (sekitar Rp534 triliun) untuk mengambil alih Google Chrome, browser web terpopuler di dunia dengan tiga miliar pengguna.

Tawaran ini muncul di tengah tekanan hukum yang dihadapi Google, dengan hakim federal AS diperkirakan akan mengeluarkan keputusan bulan ini yang bisa memerintahkan Google untuk memecah bisnis pencarian mereka.

Dipimpin oleh mantan karyawan Google dan OpenAI, Perplexity didukung oleh nama-nama besar seperti pendiri Amazon Jeff Bezos dan produsen chip Nvidia, menunjukkan ambisi besar dalam persaingan teknologi AI.

Strategi Berani di Balik Tawaran Akuisisi

Tawaran akuisisi ini bukan sekadar transaksi bisnis biasa, tetapi merupakan langkah strategis Perplexity untuk memperluas pengaruhnya dalam ekosistem AI. Sebagai startup yang fokus pada teknologi pencarian berbasis AI, Perplexity melihat Chrome sebagai pintu gerbang utama menuju pengguna internet global.

Juru bicara Perplexity menegaskan bahwa tawaran mereka merupakan "komitmen penting untuk web terbuka, pilihan pengguna, dan keberlanjutan bagi semua yang telah memilih Chrome." Mereka berpendapat bahwa memindahkan Chrome ke operator independen akan menguntungkan publik.

Meskipun terlihat ambisius, beberapa analis industri menganggap tawaran ini sebagai "stunt" atau taktik publisitas. Judith MacKenzie dari Downing Fund Managers menyatakan, "Saya mengapresiasi keberanian mereka, tetapi ini adalah tawaran yang tidak diminta dan belum didanai sepenuhnya."

Heath Ahrens, investor industri teknologi, bahkan menyebut langkah Perplexity sebagai "stunt yang jauh dari nilai sebenarnya Chrome, mengingat data dan jangkauannya yang tak tertandingi." Sementara Tomasz Tunguz dari Theory Ventures memperkirakan nilai Chrome "mungkin sepuluh kali lebih berharga dari tawaran tersebut atau lebih."

Terlepas dari skeptisisme pasar, langkah Perplexity menunjukkan bagaimana perusahaan AI saat ini berani mengambil risiko besar untuk mendapatkan posisi dominan dalam ekosistem digital.

Pertarungan AI dalam Industri Pencarian Web

Perplexity adalah salah satu pemain yang sedang naik daun dalam perlombaan AI generatif, bersaing dengan platform yang lebih dikenal seperti ChatGPT dari OpenAI dan Gemini dari Google. Bulan lalu, mereka meluncurkan browser bertenaga AI bernama Comet, menunjukkan keseriusan mereka untuk bersaing di pasar browser web.

Tawaran untuk mengakuisisi Chrome menunjukkan bagaimana landskap teknologi AI telah berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan AI yang relatif baru kini berani menantang raksasa teknologi yang sudah mapan, mengguncang struktur kekuasaan tradisional di Silicon Valley.

Sebagai bagian dari rencana pengambilalihan, Perplexity menyatakan akan tetap mempertahankan Google sebagai mesin pencari default dalam Chrome, meskipun pengguna dapat menyesuaikan pengaturan mereka. Perusahaan juga berjanji akan mempertahankan dan mendukung Chromium, platform open-source yang digunakan Chrome dan browser lain seperti Microsoft Edge dan Opera.

Langkah ini menunjukkan bagaimana perusahaan AI seperti Perplexity mengadopsi strategi yang berbeda dari pendahulu mereka. Alih-alih menciptakan ekosistem tertutup, mereka berjanji untuk mempertahankan interoperabilitas dan keterbukaan, nilai-nilai yang semakin penting di era AI.

Dari perspektif Burhan Infratek, sebagai perusahaan IT berbasis AI untuk generasi AI Native, perkembangan ini menunjukkan bagaimana teknologi AI telah memasuki fase baru di mana inovasi dan disrupsi bisa datang dari pemain baru yang berani.

Implikasi untuk Masa Depan Web dan AI

Terlepas dari apakah tawaran Perplexity berhasil atau tidak, langkah ini mencerminkan pergeseran penting dalam dinamika kekuasaan di dunia teknologi. Perusahaan AI yang baru berdiri kini memiliki ambisi dan sumber daya untuk menantang dominasi perusahaan teknologi raksasa yang telah ada selama dekade.

Pergerakan ini juga menunjukkan bagaimana AI telah menjadi kekuatan pendorong utama dalam evolusi web. Browser web, yang dulunya hanya dilihat sebagai alat untuk mengakses internet, kini dipandang sebagai infrastruktur strategis dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI.

Dengan meningkatnya integrasi AI ke dalam pengalaman browsing, siapapun yang mengendalikan browser web utama akan memiliki keunggulan signifikan dalam membentuk bagaimana pengguna berinteraksi dengan internet di masa depan AI.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.