Pertikaian ChatGPT Memanas, Pengguna Bertahan dengan Model Lama

OpenAI mengalami tantangan serius setelah peluncuran model GPT-5 yang seharusnya menyederhanakan pengalaman pengguna. Alih-alih menjadi solusi "satu ukuran untuk semua", OpenAI terpaksa mengembalikan model-model lama setelah mendapat penolakan keras dari pengguna.
Sam Altman, CEO OpenAI, mengumumkan pada Selasa bahwa perusahaan memperkenalkan pengaturan baru "Auto", "Fast", dan "Thinking" untuk GPT-5 yang dapat dipilih semua pengguna. Langkah ini mengakui kegagalan strategi awal mereka yang mengandalkan router AI tunggal.
Kecerdasan buatan yang dikembangkan OpenAI ternyata tidak mampu mengenali preferensi personal pengguna, sebuah masalah mendasar dalam pengembangan AI yang berorientasi pada pengalaman pengguna.
AI Bukan Sekedar Teknologi, Tapi Juga Kepribadian
Fenomena menarik yang terungkap dari kekacauan peluncuran GPT-5 adalah keterikatan emosional pengguna terhadap model AI tertentu. Ketika OpenAI menghapus GPT-4o dan model AI lainnya dari ChatGPT, mereka menghadapi gelombang protes dari pengguna yang telah terbiasa dengan respons dan kepribadian model-model tersebut.
Keterikatan manusia pada model AI tertentu merupakan konsep relatif baru yang belum dipahami dengan baik. Sebagai contoh ekstrem, ratusan orang di San Francisco bahkan mengadakan upacara pemakaman untuk model AI Claude 3.5 Sonnet milik Anthropic ketika model tersebut dinonaktifkan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kecerdasan buatan tidak lagi dipandang sebagai alat utilitas semata, tetapi sudah menjadi entitas dengan "kepribadian" yang dapat membentuk ikatan dengan penggunanya.
Router model GPT-5 yang seharusnya cerdas dalam mengarahkan prompt ke model AI yang tepat ternyata mengalami masalah serius pada hari peluncuran. Hal ini menyebabkan sebagian pengguna merasa model AI baru ini tidak secanggih model OpenAI sebelumnya.
Menentukan preferensi pengguna terhadap model AI tertentu merupakan tantangan kompleks. Beberapa pengguna mungkin menyukai kepanjangan jawaban dari satu model AI, sementara yang lain lebih menghargai jawaban yang menantang dari model lain.
Ketika AI Membentuk Hubungan dengan Manusia
Kemampuan AI untuk berinteraksi dengan cara yang manusiawi telah menciptakan fenomena baru dalam hubungan manusia-komputer. Nick Turley, VP of ChatGPT di OpenAI, menyatakan bahwa perusahaan tidak selalu akan mendapatkan segala sesuatu dengan sempurna pada percobaan pertama, namun ia bangga dengan kecepatan tim dalam melakukan iterasi.
Pengarahan prompt ke model AI yang tepat merupakan tugas yang sulit. Proses ini memerlukan penyelarasan model AI dengan preferensi pengguna dan pertanyaan spesifik yang mereka ajukan. Router kemudian harus membuat keputusan tentang model AI mana yang akan menerima prompt dalam hitungan detik.
Kasus ChatGPT ini menunjukkan bahwa pengembangan AI tidak lagi hanya berfokus pada kemampuan teknis, tetapi juga pada aspek personalisasi dan pengalaman pengguna yang mendalam.
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran bahwa chatbot AI dapat berkontribusi pada gangguan mental, mendorong orang yang tidak stabil secara mental untuk masuk ke dalam "lubang kelinci" psikotik.
Kasus GPT-5 memberikan pelajaran berharga bahwa dalam era AI, hubungan antara manusia dan teknologi telah berevolusi menjadi sesuatu yang lebih kompleks dari sekedar alat dan penggunanya.
Perjuangan untuk Personalisasi AI yang Lebih Baik
Model picker ChatGPT yang kini kembali hadir tampaknya sama rumitnya seperti sebelumnya, menunjukkan bahwa router model GPT-5 belum mampu memuaskan pengguna secara universal seperti yang diharapkan perusahaan.
Altman mengatakan perusahaan sedang mengerjakan pembaruan untuk kepribadian GPT-5 yang diharapkan akan terasa "lebih hangat" daripada kepribadian saat ini, namun "tidak semenyebalkan" GPT-4o bagi sebagian besar pengguna. Salah satu pembelajaran penting bagi OpenAI adalah kebutuhan untuk menciptakan dunia dengan lebih banyak kustomisasi kepribadian model per pengguna.
OpenAI masih memiliki banyak pekerjaan untuk menyelaraskan model AI mereka dengan preferensi individual pengguna, sebuah tantangan yang akan menjadi kunci dalam pengembangan teknologi AI yang berorientasi pada pengalaman pengguna di masa depan.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
