Perang Talent AI Kian Memanas

Perang Talent AI Kian Memanas

Persaingan memperebutkan talenta AI di Silicon Valley semakin ketat. Seorang insinyur perangkat lunak mengungkap praktik "exploding job offer" dari Google yang hanya memberi waktu beberapa jam untuk memutuskan.

Prem Qu Nair, insinyur awal di Windsurf, mengungkapkan bahwa Google menawarkannya posisi di laboratorium DeepMind dengan tenggat waktu yang sangat singkat. Dia akhirnya memilih bergabung dengan Cognition yang mengakuisisi Windsurf.

Fenomena ini menjadi bukti nyata sengitnya perebutan talenta di bidang kecerdasan buatan, dengan perusahaan teknologi besar tak segan menawarkan kompensasi fantastis untuk menarik ahli AI terbaik.

Praktik "Exploding Offer" dalam Perebutan Talenta

Industri teknologi saat ini tengah mengalami persaingan ketat dalam memperebutkan talenta di bidang kecerdasan buatan. Fenomena ini semakin nyata dengan munculnya praktik "exploding offer" atau tawaran kerja yang memiliki batas waktu sangat singkat, memaksa kandidat untuk membuat keputusan cepat.

Prem Qu Nair, yang merupakan insinyur perangkat lunak kedua yang bergabung dengan Windsurf, menjadi saksi langsung praktik ini. Dia mengungkapkan bahwa Google memberinya tawaran kerja yang harus diputuskan pada hari yang sama, memberikan tekanan luar biasa dalam proses pengambilan keputusan kariernya.

Tawaran kerja semacam ini memang dirancang untuk mencegah kandidat mempertimbangkan tawaran dari kompetitor. Dalam kasus Nair, dia menghadapi pilihan sulit karena harus melepaskan semua saham yang telah didapatkannya selama 3,5 tahun bekerja di Windsurf jika menerima tawaran Google.

Sumber yang mengetahui permasalahan ini mengungkapkan bahwa karyawan Windsurf yang menerima tawaran Google memang diwajibkan melepaskan saham mereka. Proses negosiasi berjalan sangat cepat, menyebabkan perlunya penawaran yang cepat pula, dengan mempertimbangkan kerugian finansial yang akan dialami karyawan Windsurf.

Nair mengungkapkan di media sosial X bahwa dia hanya menerima kompensasi sebesar 1% dari nilai sahamnya jika menerima tawaran tersebut. Pertimbangan inilah yang akhirnya mendorongnya memilih bergabung dengan Cognition, bukan Google.

Perebutan Talent di Tengah Akuisisi Perusahaan

Drama akuisisi di ekosistem startup AI menjadi latar belakang perebutan talenta yang semakin kompleks. Cognition, yang sebelumnya merupakan kompetitor Windsurf, akhirnya mengakuisisi sisa-sisa startup tersebut setelah rencana akuisisi senilai $3 miliar oleh OpenAI gagal terealisasi dan Google DeepMind berhasil merekrut CEO serta eksekutif utama Windsurf.

Kejadian ini berlangsung sangat cepat, hanya dalam hitungan hari pada awal bulan Juli 2025. Manuver perekrutan agresif ini menunjukkan betapa berharganya talenta AI di mata perusahaan teknologi besar, hingga mereka rela melakukan langkah-langkah drastis untuk mendapatkannya.

Nair sendiri mengungkapkan bahwa keputusannya bergabung dengan Cognition didasari oleh kecintaannya pada rekayasa perangkat lunak. Dia merasa Cognition memberikan suasana yang mirip dengan hari-hari awal di Windsurf, di mana tim "menulis kode secara berlebihan dan bersenang-senang secara berlebihan."

Juru bicara Windsurf, Payal Patel, menyatakan bahwa perusahaan "sangat senang" memiliki Nair di tim mereka. "Sebagai salah satu pikiran awal Windsurf, kami sangat senang memiliki Prem dan keahlian luar biasanya bekerja bersama kami lagi di Cognition," ujar Patel dalam pernyataannya kepada Business Insider.

Persaingan ini menunjukkan bahwa industri AI saat ini berada pada titik perkembangan yang sangat krusial, di mana talenta menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam inovasi teknologi kecerdasan buatan.

Tren Kompensasi Fantastis untuk Talenta AI

Google bukanlah satu-satunya perusahaan yang melakukan manuver agresif dalam perekrutan talenta AI. Silicon Valley saat ini dipenuhi dengan tawaran-tawaran menggiurkan saat perusahaan teknologi besar berusaha merekrut berbagai posisi mulai dari CEO startup hingga insinyur dan peneliti.

CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa Meta telah menawarkan paket kompensasi hingga $100 juta dalam upaya merekrut peneliti AI mereka. Meta kemudian menyatakan bahwa OpenAI sering memberikan penawaran tandingan. Sementara itu, Benjamin Mann, salah satu pendiri Anthropic, menyatakan bahwa perusahaannya "kurang terpengaruh" oleh upaya perekrutan Meta dibandingkan yang lain.

Gelombang perekrutan ini dimulai pada Juni 2025 ketika Meta merekrut CEO Scale, Alexandr Wang, sebagai bagian dari kesepakatan senilai $14,3 miliar untuk mengambil 49% saham perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa perang talenta AI di Silicon Valley menunjukkan tanda-tanda akan terus memanas di masa mendatang.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)