Peneliti AI Tolak Tawaran Rp 15 Triliun dari Mark Zuckerberg

Mark Zuckerberg, CEO Meta, melakukan penawaran yang menggemparkan senilai $1 miliar (Rp 15 triliun) kepada seorang peneliti AI dari startup Thinking Machines. Namun yang mengejutkan, tawaran fantastis ini ditolak mentah-mentah!
Dalam upaya agresif merekrut talenta-talenta terbaik di bidang AI, Meta menawarkan paket kompensasi bernilai ratusan juta dolar kepada beberapa peneliti dari startup AI berbasis di San Francisco tersebut. Satu peneliti bahkan ditawari paket senilai $1 miliar yang akan dibayarkan dalam beberapa tahun.
Menariknya, tak satupun peneliti dari Thinking Machines yang tergoda dengan tawaran menggiurkan tersebut. Startup yang belum memiliki produk ini baru-baru ini berhasil mendapatkan pendanaan sebesar $2 miliar dengan valuasi $12 miliar.
Perang Talenta AI Memanas
Persaingan untuk mendapatkan talenta AI terbaik di Silicon Valley semakin memanas. Meta dibawah kepemimpinan Zuckerberg sedang gencar melakukan perekrutan para ilmuwan dan pengembang terkemuka untuk bergabung dengan lab AI barunya.
Zuckerberg secara pribadi memimpin upaya perekrutan ini dengan mengirimkan pesan WhatsApp personal dan menawarkan paket kompensasi yang sangat besar kepada target-target rekrutmen yang potensial.
Meta telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk pusat data AI yang akan digunakan dalam pengembangan tools machine learning yang lebih canggih. Zuckerberg meyakini tools ini akan mentransformasi ekonomi dan masyarakat dalam waktu dekat.
Perusahaan ini juga telah berhasil merekrut sekitar 50 peneliti dan ahli terkemuka untuk lab "superintelligence" baru mereka, setelah merasa frustrasi dengan lambatnya progres dari tim internal Meta sendiri.
Sebelumnya, Sam Altman CEO OpenAI mengklaim bahwa Meta pernah menawarkan kompensasi hingga $100 juta kepada staf-staf OpenAI untuk membajak mereka.
Visi AI Meta yang Ambisius
Meta tengah fokus membangun divisi AI yang powerful. Hal ini terlihat dari akuisi saham 49% Scale AI senilai $14,3 miliar dan perekrutan sang founder, Alexandr Wang, untuk memimpin tim AI baru Meta.
Meski demikian, perjalanan Meta di bidang AI tidak selalu mulus. Awal tahun ini, mereka harus menunda update besar untuk teknologi AI mereka yang diberi nama Behemoth.
Zuckerberg sendiri belakangan memperingatkan bahwa AI "superintelligence" bisa menjadi "kekuatan yang fokus menggantikan berbagai lapisan masyarakat". Namun ia menegaskan bahwa Meta berniat membangun AI yang "memberdayakan semua orang", dengan memanfaatkan teknologi seperti smart glasses sebagai cara konsumen berinteraksi dengan asisten digital yang powerful.
Thinking Machines: Startup Misterius yang Diperebutkan
Thinking Machines sendiri merupakan startup yang didirikan oleh Mira Murati (36), mantan eksekutif OpenAI yang kini menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di industri teknologi sejak mendirikan perusahaan tersebut.
Meski belum memiliki produk, startup ini berhasil mendapatkan kepercayaan investor dengan valuasi fantastis. Hal ini menunjukkan besarnya potensi dan kepercayaan pasar terhadap visi dan tim yang dimiliki Thinking Machines.
Penolakan tawaran bernilai triliunan rupiah ini menjadi bukti bahwa dalam industri AI, uang bukanlah segalanya. Visi, independensi, dan potensi pengembangan teknologi tampaknya lebih diprioritaskan oleh para talenta top di industri ini.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burhan Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
