Nvidia CEO Tegaskan Boom AI Masih Jauh dari Berakhir Meski Proyeksi Penjualan Kurang Mengesankan

Nvidia CEO Tegaskan Boom AI Masih Jauh dari Berakhir Meski Proyeksi Penjualan Kurang Mengesankan

Jensen Huang, CEO Nvidia, menegaskan bahwa boom AI masih berada di tahap awal dan akan berkembang menjadi pasar multi-triliun dolar dalam lima tahun ke depan. Meskipun saham perusahaan mengalami penurunan hampir 2% akibat proyeksi penjualan kuartal ketiga yang kurang mengesankan.

Nvidia tetap optimis dengan permintaan chip AI yang kuat di tengah kekhawatiran investor dan pernyataan beberapa pemimpin industri tentang antusiasme berlebihan terhadap teknologi AI. Huang memprediksi belanja infrastruktur AI global akan mencapai $3-4 triliun dolar hingga akhir dekade ini.


Jensen Huang, CEO raksasa chip AI Nvidia, dengan tegas membantah kekhawatiran pasar tentang berakhirnya era kejayaan chip kecerdasan buatan. Di tengah proyeksi penjualan yang dinilai kurang menggairahkan, Huang justru melihat peluang pasar AI yang akan berkembang menjadi industri bernilai multi-triliun dolar dalam lima tahun ke depan.

"Revolusi industri baru telah dimulai. Perlombaan AI sedang berlangsung," tegas Huang dengan penuh keyakinan. "Kami memprediksi belanja infrastruktur AI akan mencapai $3-4 triliun dolar hingga akhir dekade ini."

Pernyataan optimis ini muncul di tengah tanda-tanda kelelahan pasar saham yang berfokus pada AI dan komentar beberapa pemimpin industri tentang antusiasme investor yang mungkin terlalu tinggi. Meski demikian, saham chip designer ini mengalami penurunan hampir 2% menjadi $178,43 pada awal perdagangan Kamis, dipicu oleh proyeksi penjualan kuartal ketiga yang kurang mengesankan karena tidak memasukkan potensi pendapatan dari China.

Teknologi AI Masih Menjadi Primadona Pasar

Meskipun proyeksi penjualan kuartal ketiga Nvidia tidak seheboh yang diharapkan investor, Huang tetap menekankan bahwa permintaan chip AI perusahaannya masih sangat kuat. "Semakin banyak yang Anda beli, semakin banyak yang Anda kembangkan," jelas Huang, menunjukkan bahwa kemajuan teknologi Nvidia memungkinkan pelanggan memproses data dalam jumlah besar dengan energi lebih sedikit.

Bukti nyata dari permintaan yang kuat ini terlihat ketika seorang pelanggan di luar China membeli chip H20 Nvidia senilai $650 juta pada kuartal terakhir. Chip H20 ini sebenarnya merupakan versi dengan kemampuan terbatas yang awalnya ditujukan untuk pasar China, namun tetap diminati oleh pasar global.

Pertumbuhan Nvidia sendiri didorong oleh peningkatan belanja modal dari perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan Amazon. Huang memperkirakan belanja modal pusat data dari pelanggan utama akan mencapai $600 miliar tahun ini, memberikan landasan kuat bagi proyeksi optimisnya.

Matt Orton, kepala solusi penasihat di Raymond James Investment Management, menegaskan: "Perusahaan-perusahaan mega cap mendorong banyak belanja modal yang menguntungkan Nvidia. Tapi jelas Nvidia masih terus bertumbuh dan mampu menjual."

Bahkan untuk sebuah pusat data yang bernilai hingga $60 miliar, Nvidia berpotensi meraup sekitar $35 miliar, menurut perhitungan Huang. Angka-angka ini menunjukkan betapa dominannya posisi Nvidia dalam rantai pasok infrastruktur AI global.

Tantangan Geopolitik dan Strategi Ekspansi

Keputusan Nvidia untuk tidak memasukkan China dalam proyeksi penjualannya menyoroti ketidakpastian yang disebabkan oleh ketegangan perdagangan AS-China. Meskipun demikian, perusahaan telah mencapai kesepakatan dengan Presiden Donald Trump untuk mendapatkan lisensi ekspor sebagai ganti 15% dari penjualan chip AI H20 di China.

Huang juga mengindikasikan bahwa Nvidia terbuka untuk memberikan bagian penjualan dari chip Blackwell terbaru untuk China kepada pemerintah AS jika diizinkan menjualnya ke Beijing. Hal ini menunjukkan bagaimana Nvidia berusaha menyeimbangkan kepentingan bisnisnya di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat.

Sementara itu, Nvidia terus bekerja untuk mendapatkan persetujuan penjualan varian chip Blackwell terbaru ke China, setelah Trump mengisyaratkan kemungkinan mengizinkan perusahaan menjual versi yang dimodifikasi. Strategi ini mencerminkan upaya Nvidia untuk mempertahankan akses ke pasar China yang besar tanpa melanggar batasan ekspor AS.

Selain tantangan geopolitik, Nvidia juga harus menghadapi komentar-komentar dari tokoh industri yang mungkin mendinginkan antusiasme investor. CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini memperingatkan bahwa investor mungkin "terlalu bersemangat" tentang AI, pernyataan yang sempat mengejutkan pasar.

Namun demikian, Huang tetap tidak terganggu. "Sensasinya adalah: semuanya terjual habis," ujarnya dengan percaya diri, menekankan kuatnya permintaan pasar terhadap produk Nvidia.

Masa Depan AI Masih Cerah di Tengah Transformasi Digital

Thomas Martin, manajer portofolio Globalt Investments, menegaskan bahwa kita masih berada di tahap awal dari boom AI. "Ketika Anda memiliki sesuatu yang baru, dan berkembang secepat ini, dan dengan semua pengumuman belanja modal besar dari hyperscaler, itu adalah bukti bahwa kita masih di tahap awal," jelasnya.

Chip Blackwell generasi terbaru Nvidia sebagian besar sudah dipesan berdasarkan perkiraan 2026 dari pelanggan terbesarnya. Sementara itu, prosesor Hopper generasi sebelumnya juga terus diminati. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda kelelahan di pasar saham AI, permintaan sebenarnya terhadap produk fisik tetap kuat.

Dalam konteks teknologi AI yang terus berkembang, posisi Nvidia sebagai pemimpin dalam infrastruktur komputasi AI memberikan keunggulan strategis yang signifikan. Kemampuan perusahaan untuk terus berinovasi dan menghadirkan chip yang lebih kuat dan efisien akan menjadi kunci dalam mempertahankan dominasi pasar di tengah persaingan yang semakin ketat.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.