Meta Kembangkan Metabot: Android untuk Robot Humanoid

Meta Kembangkan Metabot: Android untuk Robot Humanoid

CTO Meta Andrew Bosworth ungkap investasi miliaran dollar untuk robot humanoid Metabot dengan strategi jadi "Android untuk robotika". Fokus utama bukan hardware tapi platform software yang bisa dilisensikan ke produsen robot lain. Tantangan terbesar: membuat tangan robot yang bisa angkat gelas air, bukan backflip spektakuler.


Meta Taruhan Besar di Robot Humanoid dengan Pendekatan Berbeda

Meta membuat "taruhan seukuran AR" lainnya dan berencana menginvestasikan miliaran dollar untuk membangun robot humanoid. Sementara perusahaan bekerja pada "Metabot", tujuannya lebih besar dari sekadar membuat hardware. Visi sesungguhnya adalah menciptakan platform software untuk robotika yang bisa menjadi tulang punggung masa depan industri robot.

CTO Meta Andrew Bosworth dalam wawancara dengan Sources' Alex Heath mengatakan visinya adalah platform software yang bisa dilisensikan ke perusahaan lain yang memproduksi hardware. Ide ini akan berfungsi mirip dengan bagaimana Google menyediakan Android untuk produsen smartphone. Meta ingin mengembangkan blueprint software yang bisa digunakan perusahaan mana pun yang membangun robot dengan spesifikasi tertentu.

Bagi software developer AI dan pengembang aplikasi AI, strategi ini membuka peluang besar untuk berkontribusi dalam ekosistem robotika yang lebih terbuka dan terstandarisasi, mirip dengan bagaimana Android memdemokratisasi pengembangan aplikasi mobile.

Software adalah Bottleneck Sebenarnya, Bukan Hardware

Bosworth menegaskan bahwa software adalah tantangan yang lebih besar dalam robotika. "Saya tidak berpikir hardware adalah bagian yang sulit. Bukan berarti hardware juga tidak sulit, tapi itu bukan bottleneck. Bottlenecknya adalah software," kata Bosworth pada September 2025.

Untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi robot humanoid, tim Bosworth berkolaborasi dengan lab Superintelligence AI di Meta. Mereka membangun apa yang disebut "world model", yang akan membantu "melakukan simulasi software yang diperlukan untuk menganimasikan tangan yang terampil."

Bosworth menjelaskan bahwa salah satu masalah terbesar untuk robotika adalah membangun tangan yang bisa mengangkat segelas air atau mengambil serangkaian kunci dari saku. Tidak seperti berjalan dan melakukan backflip, tindakan ini memerlukan pengoperasian dengan objek yang tidak stabil, yang terbukti menantang untuk robot humanoid saat ini. Tidak ada "sensor loop" untuk tugas itu, jadi perusahaan harus membangun dataset untuk itu.

Investasi Masif Melampaui Reality Labs

Untuk memberikan konteks tentang skala upaya ini, Meta dilaporkan telah menginvestasikan lebih dari $100 miliar di Reality Labs, divisi augmented dan virtual reality mereka. Hasilnya, kita telah melihat Meta Ray-Ban Display yang baru diumumkan dan prototipe Project Orion. Perusahaan juga menghabiskan miliaran untuk lab Superintelligence AI-nya, termasuk investasi $14,3 miliar di Scale AI.

Meta bukanlah satu-satunya yang mengejar robotika. Apple dilaporkan sedang mengerjakan robot rumah, dan Tesla telah mendemokan versi robot Optimus-nya. Namun pendekatan Meta dengan fokus pada platform software berbeda secara fundamental dari kompetitor yang lebih fokus pada hardware proprietary.

Tim Bintang untuk Misi Robot

Meta telah merekrut tim "bintang" untuk proyek robotika ini. Dipimpin oleh Marc Whitten, mantan CEO perusahaan self-driving Cruise, dan merekrut profesor MIT serta "ahli robotika terhebat" Kim Sang-bae. Beberapa insinyur senior Meta dengan pengalaman sepuluh tahun juga bergabung dalam tim inti.

Strategi "software breakthrough + ecosystem terbuka" ini bertujuan membentuk ulang lanskap industri dalam persaingan robot miliaran dollar. Berbeda dengan Tesla yang fokus pada integrasi vertikal, Meta bertaruh pada model platform terbuka yang memungkinkan inovasi dari berbagai pemain industri.

Skeptisisme dan Realitas Implementasi

Namun tidak semua optimis dengan pengumuman ini. Penulis artikel asli mengekspresikan skeptisisme mengingat track record Meta dengan janji-janji besar. Empat tahun setelah mengubah nama perusahaan karena ambisi metaverse, kita masih jauh dari tinggal di metaverse, dan janji augmented reality serta artificial intelligence terlihat sama kosongnya.

Bagi pengembang aplikasi AI Indonesia, pendekatan Meta ini bisa memberikan pembelajaran penting tentang bagaimana membangun platform yang scalable versus produk hardware spesifik. Jika berhasil, model "Android untuk robotika" bisa menciptakan ekosistem yang lebih demokratis untuk inovasi robotika.

Pertanyaannya adalah: apakah Meta bisa mewujudkan visi platform robotika terbuka ini, atau akan menjadi janji kosong lainnya seperti metaverse? Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.


Sumber dan Referensi :

[1] Meta's Metabot is a humanoid robot that the company wants to be the backbone of robotics' future

[2] Meta wants to become the Android of robotics

[3] Andrew Bosworth says Meta is working on humanoid robots, internally called "Metabot"

[4] Meta砸數十億殺入機器人領域!技術長首曝:和AR同級但不做硬體 要用軟體「統治」生態

[5] Meta's next big bet may be humanoid robotics