KT dan Kakao Tersingkir dari Proyek AI Nasional Korea, Revolusi Digital Terancam

Pemerintah Korea Selatan mengejutkan industri teknologi dengan keputusan mengecualikan dua raksasa digital, KT dan Kakao, dari proyek AI nasional bernilai 200 miliar won. Langkah ini menegaskan pergeseran prioritas nasional dan kemandirian teknologi.
Pada 4 Agustus, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan TIK Korea mengumumkan lima konsorsium terpilih untuk proyek model AI pondasi, termasuk Naver Cloud, Upstage, SK Telecom, NC AI, dan LG AI Research. Keputusan ini mengabaikan dua pemain besar dalam ekosistem digital Korea.
Pengecualian KT dan Kakao mencerminkan penolakan pemerintah terhadap perusahaan yang dianggap terlalu bergantung pada mitra asing, sebuah sikap yang mengedepankan kemandirian teknologi dalam era kecerdasan buatan.
Kemandirian Teknologi Jadi Prioritas
Profesor Lee Seong-yeob dari Sekolah Pascasarjana Manajemen Teknologi Universitas Korea menjelaskan bahwa keputusan ini bukan tanpa alasan. "Pemilihan didasarkan pada prestasi masa lalu dan rencana masa depan. KT dan Kakao belum membangun rekam jejak yang cukup kuat dalam mengembangkan AI yang benar-benar mandiri," jelasnya.
Pemerintah Korea Selatan memberikan perhatian khusus pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan model AI secara independen - mulai dari desain arsitektur hingga pelatihan awal - dan bukan sekadar menyesuaikan atau melokalisasi model buatan asing.
Song Sang-hoon, wakil menteri kantor kebijakan TIK Kementerian Ilmu Pengetahuan dan TIK, menekankan: "Proyek ini mementingkan kemampuan pembuatan dari awal. Kami mengevaluasi tim berdasarkan keluasan potensi teknis mereka dan kemampuan mereka untuk memberikan kontribusi nyata dan praktis."
Hubungan kolaboratif KT dan Kakao dengan raksasa teknologi global tampaknya merugikan mereka dalam persaingan ini. KT mengembangkan Mi:dm dengan Microsoft, sementara Kakao bermitra dengan OpenAI untuk Kanana versi 1.5, kontras dengan EXAONE LG yang sudah mencapai versi 4.0 dan HyperCLOVA Naver yang telah mengalami enam iterasi.
Orang dalam industri menyebutkan bahwa ketergantungan berat pada mitra asing mungkin menciptakan kesan bahwa mereka kekurangan kemandirian teknologi inti, yang dalam konteks inisiatif "AI berdaulat", bisa dianggap sebagai kelemahan besar.
Strategi AI Perlu Disesuaikan
Analis mengatakan bahwa meskipun kedua perusahaan masih pemain yang mampu di bidang AI, diskualifikasi mereka mengirimkan pesan yang jelas: Pemerintah Korea memprioritaskan inovasi domestik daripada kolaborasi global, setidaknya ketika menyangkut proyek yang didukung negara.
Profesor Lee menambahkan, "Karena administrasi saat ini sangat fokus pada AI berdaulat, perusahaan terkait AI tampaknya menyesuaikan strategi mereka agar sejalan dengan arah kebijakan tersebut. Dengan arah ini, akan sulit bagi KT dan Kakao untuk terus bekerja hanya dengan mitra asing seperti sebelumnya, tanpa terlibat dalam kerjasama domestik."
Namun, tidak semua ahli percaya keputusan ini akan secara dramatis mengubah lintasan AI KT dan Kakao. "Ini adalah perusahaan besar dengan kapasitas untuk mengejar jalur strategis mereka sendiri," kata profesor Lee Kyoung-mu dari Departemen Teknik Komputer Universitas Nasional Seoul.
Kakao tampaknya tidak terpengaruh. Selama panggilan pendapatan kuartal kedua pada hari Kamis, perusahaan mengumumkan akan meluncurkan layanan AI yang dikembangkan bersama dengan OpenAI, menargetkan adopsi massal melalui aplikasi pesan dominannya, KakaoTalk.
KT juga menyatakan bahwa proyek pemerintah hanyalah "proses evaluasi", dan hasilnya tidak menentukan kesuksesan atau kegagalan bisnis AI-nya, menambahkan bahwa perusahaan akan mempertahankan strategi dua jalur mengembangkan model Mi:dm dan menggunakan antarmuka pemrograman aplikasi Big Tech.
Peran Kecerdasan Buatan dalam Ekosistem Digital
Keputusan pemerintah Korea ini menyoroti pentingnya pengembangan teknologi AI yang mandiri di era digital saat ini. Dalam persaingan global, kemampuan negara untuk membangun dan mengontrol teknologi AI-nya sendiri menjadi semakin krusial untuk keamanan data, kedaulatan digital, dan daya saing ekonomi.
Bagi perusahaan seperti Burhan Infratek yang fokus pada pengembangan solusi AI untuk generasi AI Native, perkembangan ini menegaskan pentingnya membangun kemampuan teknologi yang mandiri. Menciptakan infrastruktur dan model AI yang tidak bergantung pada teknologi asing bukan hanya soal kemandirian, tetapi juga keunggulan kompetitif jangka panjang.
Dengan mengadopsi pendekatan pengembangan AI yang terintegrasi secara vertikal, perusahaan dapat memastikan kontrol penuh atas teknologi mereka, menjamin privasi data pengguna, dan menciptakan solusi yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
