Industri Film Indonesia Adopsi AI Massal

Industri Film Indonesia Adopsi AI Massal

OpenAI meluncurkan Sora 2, model AI yang menghasilkan video HD dengan suara sinkron dan fisika realistis. Di sisi lain dunia, Indonesia sudah lebih dulu mengadopsi tools AI seperti Sora, Runway, Midjourney, dan ChatGPT untuk memproduksi film Hollywood-style dengan anggaran minim. Namun di balik efisiensi spektakuler ini, ribuan pekerja kreatif kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh algoritma.


Transformasi Industri dengan AI Tools

Industri film dan animasi Indonesia mengalami revolusi besar-besaran berkat adopsi masif teknologi AI generatif. Sekitar 40.000 pekerja di sektor ini telah mulai menggunakan ChatGPT untuk scripting, Midjourney untuk produksi gambar, dan Runway untuk menghasilkan video pendek dalam proses storyboarding dan editing. Bisma Fabio Santabudi, dosen film dan animasi di Universitas Multimedia Nusantara, menyatakan bahwa Indonesia kini berada di titik balik karena memiliki akses penuh ke semua tools AI.

Peluncuran Sora 2 oleh OpenAI pada 30 September 2025 menandai lompatan signifikan dalam generasi video AI. Model ini mampu menghasilkan klip realistis dengan suara yang tersinkronisasi hingga durasi satu menit. Output seperti ini dapat digunakan untuk storyboarding dan pra-produksi, membuka potensi lebih luas bagi pekerja kreatif Indonesia untuk bereksperimen tanpa terkendala biaya tinggi.

Amilio Garcia Leonard, seorang VFX artist yang bekerja pada produksi Hollywood, telah menggunakan tools AI sejak beberapa bulan lalu. Ia menggunakan AI untuk membuat draft versi akhir dari visual effects edit, yang kini memakan waktu 70% lebih cepat. Maximillian Budihardjo, VFX artist di Visualizm, sebuah studio post-production di Jakarta, juga menggunakan AI untuk first edits sebelum menyempurnakannya secara manual.

Produksi AI sudah mencapai layar global. Marvel Studios menggunakan AI untuk opening credits serial Secret Invasion di Disney+. Netflix's The Eternaut memanfaatkan AI untuk menciptakan footage akhir dari runtuhnya gedung. Bahkan OpenAI sedang memproduksi film animasi full-length berjudul Critterz dengan anggaran $30 juta dan timeline sembilan bulan, jauh lebih murah dari estimasi $200 juta yang dihabiskan Pixar untuk Toy Story 3 dalam empat tahun.

Box office lokal Indonesia mencatat penjualan lebih dari $400 juta pada 2023, menjadikan negara ini pasar dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Netflix pun telah berinvestasi dalam konten lokal untuk menjangkau lebih banyak penonton Indonesia. Dengan anggaran film Indonesia rata-rata sekitar 10 miliar rupiah ($602.500), kurang dari 1% anggaran film Hollywood besar, adopsi AI menjadi solusi untuk menghasilkan kualitas setara Hollywood.

Gelombang Eksperimen dan Festival AI

Filmmaker Indonesia telah mulai bereksperimen dengan AI, menghasilkan film pendek seperti Nusantara, yang memenangkan penghargaan dokumenter terbaik di showcase film AI Eropa tahun ini. Menggunakan AI, film tersebut menggambarkan pertempuran epik yang dipimpin oleh pemimpin militer legendaris di Indonesia abad ke-14.

Bali AI International Festival diadakan pertama kali tahun ini dengan 25 submission dari seluruh dunia. Ben Makinen, filmmaker Amerika dan penyelenggara festival, menyatakan bahwa AI berkembang sangat cepat sehingga iterasi kedua diadakan hanya beberapa bulan kemudian dengan 86 submission. Menurut Makinen, filmmaker AI terbaik masih merupakan mereka yang terlatih secara tradisional, karena mereka memahami apa yang membuat sutradara dan editor yang baik.

Asosiasi Produser Film Indonesia mendukung penggunaan AI karena dapat memangkas biaya produksi dan memungkinkan pembuatan film dengan kualitas Hollywood. Ketua Asosiasi, Agung Sentausa, menyatakan bahwa industri film Indonesia terbuka terhadap kemudahan yang ditawarkan AI.

Sejumlah peran dalam produksi dan visual effects sedang bertransformasi akibat AI. Ignatius Krismawan, seorang VFX artist, mengurangi perekrutan roto artists yang memotong objek dari frame film untuk menghasilkan bagian gambar yang dapat digunakan. Pekerjaan ini kini dapat dilakukan secara efisien oleh AI.

Storyboarding, yang melibatkan penerjemahan skrip menjadi urutan gambar, juga mengalami transformasi. Bahrul Ilmi, seorang storyboard artist, menggunakan AI untuk menggambar karakter dalam berbagai posisi dan sudut. Namun, kadang-kadang generator gambar memberikan hasil yang tidak masuk akal sehingga tidak dapat digunakan.

Hilangnya Pekerjaan dan Masa Depan Industri

Meski memberikan efisiensi luar biasa, adopsi AI di industri film Indonesia menciptakan konsekuensi serius terhadap lapangan kerja. Dengan kemajuan dalam generasi gambar dan video AI, studio kini merekrut lebih sedikit storyboarder. Wiendy Widasari, produser di production house Progressinema, mengonfirmasi tren ini.

Scriptwriter juga menggunakan AI untuk mengurangi pekerjaan repetitif, meskipun mereka menjadi terancam karena munculnya ChatGPT. Bayu Kurnia Prasetya, seorang penulis yang biasanya kewalahan dengan pekerjaan dari sektor film Indonesia yang sangat produktif dengan 285 film pada tahun lalu, kini menggunakan AI untuk brainstorming, menyusun ide, dan menemukan typo. Tugas yang dulu memakan waktu lima jam kini selesai dalam lima menit. Namun ia menyatakan tidak akan menggunakan AI untuk menulis karena kurang memiliki sentuhan manusia.

Menurut estimasi dari Concept Art Association dan Animation Guild, sekitar 204.000 pekerjaan entertainment di Hollywood kemungkinan akan terganggu oleh generative AI pada 2026. Indonesia, dengan 40.000 pekerja di sektor ini pada 2020, akan mengalami dampak serupa.

Penggunaan AI untuk aspek lain dari filmmaking, seperti mengganti aktor, telah memicu kontroversi global. Perusahaan produksi AI Particle6 baru-baru ini menciptakan aktor AI "Tilly Norwood", yang mengundang kritik dari seluruh industri. Screen Actors Guild menyatakan bahwa aktor AI ini "dilatih pada karya banyak performer profesional tanpa izin atau kompensasi".

Voice actors juga dalam masalah. Beberapa perusahaan teknologi telah menciptakan AI voice clones, memicu gugatan dari voice-over artists yang mengatakan bahwa perusahaan diduga mencuri suara mereka. Praktik ini kurang kontroversial di Indonesia, di mana studio audio post-production berhenti merekrut voice talent, sebaliknya menggunakan sample yang mereka simpan dalam database.

Hilangnya pekerjaan di industri film Indonesia kemungkinan akan diimbangi oleh penciptaan peran baru yang memerlukan keahlian AI-prompt artistry. Universitas Multimedia Nusantara kini menawarkan dua kursus dalam AI filmmaking. Storyboarder Ilmi, yang telah bekerja di industri sejak awal 2000-an, berencana untuk upskilling. Namun ia percaya bahwa keahlian manusia pada akhirnya akan menjadi bernilai tinggi ketika konten AI yang dibuat secara instan mencapai titik jenuh.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


⚠️ Berita ini seluruhnya diriset, ditulis, dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Mohon maaf apabila terdapat ketidakakuratan pada data aktual.


Berita Terkait:

Sumber dan Referensi:

[1] Indonesia's film industry embraces AI to make Hollywood-style movies for cheap

[2] Sora 2 is here - OpenAI

[3] OpenAI Enters Hollywood with "Critterz," an AI-Powered Animated Film

[4] Bali International Film Festival 2025

[5] Daftar Pemenang Bali International Film Festival 2025