GPT-5: Apakah AI Telah Mencapai Titik Jenuh?

OpenAI baru saja meluncurkan GPT-5, model kecerdasan buatan terbaru yang diklaim sebagai "langkah signifikan menuju AGI" (Artificial General Intelligence). Namun, di balik klaim bombastis tersebut, banyak pakar teknologi mempertanyakan apakah kemajuan ini benar-benar revolusioner atau justru menandai plateu dalam perkembangan AI.
Sam Altman, CEO OpenAI, menyebut bahwa GPT-5 memiliki kemampuan lebih baik dalam menulis kode komputer, lebih sedikit menghasilkan informasi palsu, dan lebih baik dalam mengikuti instruksi bertahap. Altman juga mengklaim model ini "seperti berbicara dengan pakar tingkat PhD di berbagai topik". Namun, fakta bahwa model ini masih memiliki banyak keterbatasan membuat banyak pihak mempertanyakan arah pengembangan AI ke depan.
Inovasi utama GPT-5 adalah pengenalan "router" yang menentukan model GPT mana yang akan digunakan saat menjawab pertanyaan. Ini menimbulkan spekulasi bahwa pengembangan AI berbasis Large Language Model (LLM) mungkin telah mencapai batas maksimal kemampuannya.
Evolusi Model Bahasa Besar (LLM) Mendekati Titik Jenuh
Pengembangan Large Language Model (LLM) dimulai pada 2017 ketika peneliti Google menemukan arsitektur AI baru yang mampu menangkap pola kompleks dalam urutan kata-kata bahasa manusia. Penemuan ini menjadi dasar sistem seperti ChatGPT yang kita kenal sekarang.
LLM pada dasarnya bekerja dengan mengenkode tabel besar berisi stimulus dan respons. Ketika pengguna memberikan prompt, model akan mencari respons terbaik berdasarkan pola yang dipelajari dari data pelatihan. Meski terkesan sederhana, pendekatan ini telah menghasilkan sistem AI yang sangat fleksibel dan mudah digunakan.
Namun, pertanyaan besar tetap ada: apakah sistem ini benar-benar mampu melakukan penalaran, memahami dunia seperti manusia, atau belajar dari pengalaman? Ini semua merupakan komponen penting untuk mencapai AGI yang sesungguhnya.
Sementara perdebatan terus berlanjut, industri perangkat lunak AI telah berkembang pesat dengan fokus pada "menjinakkan" LLM untuk kasus penggunaan spesifik. Perusahaan-perusahaan ini telah mempelajari cara menulis prompt yang efektif, menggunakan beberapa LLM sekaligus, dan menyesuaikan instruksi hingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Router baru OpenAI pada GPT-5 bekerja dengan prinsip serupa, namun terintegrasi langsung ke dalam sistem. Jika berhasil, pendekatan ini akan mengurangi kebutuhan terhadap rekayasa tambahan dari perusahaan lain dan membuat GPT-5 lebih ekonomis bagi pengguna.
Indikasi Pergeseran Paradigma dalam Pengembangan AI
Penekanan OpenAI pada sistem routing mengingatkan pada konsep "meta reasoning" yang populer dalam AI pada tahun 1990-an. Konsep ini didasarkan pada ide "penalaran tentang penalaran" - seperti ketika Anda mencoba menghitung rute perjalanan optimal pada peta kompleks dan harus memutuskan seberapa banyak alternatif yang perlu dipertimbangkan.
Paradigma ini mendominasi AI sebelum munculnya LLM yang bersifat general-purpose. Kembalinya fokus pada aspek ini bisa jadi merupakan pengakuan bahwa kita telah mencapai batas peningkatan LLM untuk mencapai AGI.
Beberapa ilmuwan dan pakar industri telah lama berpendapat bahwa tidak mungkin mengatasi keterbatasan AI saat ini tanpa bergerak melampaui arsitektur LLM. Peluncuran GPT-5 mungkin mengisyaratkan bahwa OpenAI juga mulai menyadari hal ini.
Pendekatan baru ini juga bisa menjadi kesempatan untuk menciptakan AI yang dapat dikendalikan menggunakan metode rekayasa yang ketat. Ini juga mengingatkan kembali bahwa visi awal AI bukan hanya untuk mereplikasi kecerdasan manusia, tetapi juga untuk memahaminya dengan lebih baik.
Meskipun GPT-5 disebut sebagai "langkah signifikan" menuju AGI, kemampuannya dalam ujian "Humanity's Last Exam" hanya mencapai akurasi 42%, sedikit di bawah Grok 4 milik xAI Elon Musk yang mencapai 44%. Fakta ini semakin memperkuat indikasi bahwa pengembangan AI berbasis LLM mungkin telah mendekati batas maksimalnya.
Masa Depan AI Pasca Era LLM
Peluncuran GPT-5 mungkin menandai titik balik dalam evolusi AI yang mengakhiri era pembuatan model yang semakin kompleks dengan proses berpikir yang hampir tidak mungkin dipahami oleh siapapun. Perubahan ini membuka jalan bagi pendekatan baru dalam pengembangan kecerdasan buatan.
Meskipun sulit memastikan apakah pergeseran ini akan membawa kita lebih dekat dengan AGI, setidaknya hal ini menciptakan peluang untuk mengembangkan AI yang lebih terkendali dan dapat dipahami. Perusahaan seperti Burhan Infratek yang fokus pada solusi AI untuk generasi AI Native perlu memperhatikan pergeseran ini untuk mengantisipasi arah perkembangan teknologi ke depan.
Pada akhirnya, mungkin kita perlu mengevaluasi kembali ekspektasi terhadap AGI dan memfokuskan pengembangan AI pada kegunaan praktis yang lebih spesifik daripada mengejar kecerdasan umum yang menyamai atau melampaui manusia. Ini akan memungkinkan inovasi yang lebih terarah dan bermanfaat bagi masyarakat.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
