Google Cloud Perkuat Kemitraan dengan OpenAI

Sundar Pichai, CEO Google, menyatakan antusiasmenya terhadap kemitraan dengan OpenAI, rival terbesarnya di bidang AI, untuk menyediakan layanan komputasi awan guna melatih dan mengoperasikan model AI perusahaan tersebut.
"Terkait OpenAI, kami sangat bersemangat bermitra dengan mereka di Google Cloud," ungkap Pichai pada panggilan pendapatan kuartal kedua Google pada Rabu lalu, menegaskan komitmen Google untuk berinvestasi lebih dalam hubungan tersebut.
Meskipun ChatGPT menjadi ancaman besar bagi Google Search, kesepakatan dengan OpenAI menandai pelanggan baru yang signifikan untuk Google Cloud, menciptakan dinamika hubungan yang kompleks untuk dikelola Google.
Persaingan yang Berubah Menjadi Kemitraan
Google dan OpenAI selama ini dikenal sebagai pesaing utama dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Pergeseran strategi ini terjadi sekitar dua setengah tahun setelah peluncuran ChatGPT, yang telah memaksa Google untuk lebih fokus mengembangkan model dan produk AI unggulan.
Kemitraan ini terungkap ketika OpenAI diam-diam menambahkan Google Cloud ke daftar publik penyedia layanan komputasi awan yang digunakannya, bersama Microsoft dan Oracle. Reuters sebelumnya melaporkan pada Juni bahwa OpenAI sedang mempertimbangkan untuk memanfaatkan Google Cloud untuk mendapatkan daya komputasi tambahan.
Pendapatan Google Cloud melonjak di kuartal kedua 2025 menjadi $13,6 miliar, naik dari $10,3 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu. Google mengatribusikan sebagian besar pertumbuhan tersebut pada Platform Google Cloud dan produk lain yang ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan AI.
Sejumlah laboratorium AI besar telah bermitra dengan Google Cloud sebagai penyedia komputasi awan, termasuk Anthropic, Safe Superintelligence milik Ilya Sutskever, World Labs milik Fei-Fei Li, dan kini OpenAI. Pichai mencatat bahwa perusahaan berhasil memenangkan kesepakatan dengan laboratorium AI besar berkat pasokan chip GPU Nvidia dan chip TPU buatan sendiri yang besar.
Kemitraan ini tampaknya menguntungkan kedua belah pihak dalam ekosistem AI yang terus berkembang pesat di tahun 2025.
Dampak Strategis dan Ketegangan Pasar
Google Cloud tampak sebagai mitra yang cerdas bagi OpenAI. Startup tersebut sangat dibatasi dalam hal akses GPU Nvidia, yang digunakan untuk melatih model AI baru dan melayani ratusan juta pengguna. Keterbatasan ini telah menjadi sumber ketegangan utama dengan Microsoft, pendukung terbesar OpenAI dan mitra komputasi awan terbesarnya.
Kemitraan ini mengingatkan pada kesepakatan Google dengan Yahoo beberapa dekade lalu, ketika Google masih menjadi startup dan memanfaatkan halaman beranda Yahoo sebagai pendorong untuk mengambil alih posisinya sebagai pintu masuk utama internet. Seberapa lama hubungan OpenAI dengan Google akan bertahan masih belum jelas.
Di sisi produk AI, Google tampaknya berkinerja lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Perusahaan mengatakan chatbot AI-nya, Gemini, kini menjangkau 450 juta pengguna aktif bulanan, dan AI Overviews mencapai 2 miliar pengguna aktif bulanan.
Namun, model bisnis di sekitar produk-produk ini masih belum jelas, begitu pula dengan proporsi kueri yang mereka ambil dari Google Search. Kekhawatiran terbesar Google adalah jika mereka tanpa sadar memfasilitasi penggantian layanan pencarian inti mereka sendiri.
Persaingan di sektor AI semakin ketat, dengan berbagai pemain besar membentuk aliansi strategis untuk memperkuat posisi mereka dalam pasar yang terus berkembang.
Masa Depan Kolaborasi di Era AI
Sulit dibayangkan bahwa Pichai benar-benar bersemangat bekerja sama dengan OpenAI, perusahaan yang mewakili ancaman terbesar yang pernah dihadapi Google Search. Namun, kolaborasi ini menunjukkan bagaimana lanskap teknologi AI terus berubah dengan cepat.
Baik Google maupun OpenAI menghadapi tantangan signifikan dalam persaingan AI global. Keterbatasan chip, kebutuhan akan infrastruktur komputasi yang masif, dan tuntutan untuk terus berinovasi mendorong bahkan pesaing untuk bekerjasama dalam beberapa aspek.
Keputusan strategis ini mencerminkan realitas baru di dunia teknologi, di mana kompetisi dan kolaborasi sering terjadi secara bersamaan, membentuk hubungan yang kompleks namun potensial untuk mendorong kemajuan teknologi AI secara keseluruhan.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
