FOMO AI Berisiko Menciptakan Gelembung Investasi pada OpenAI dan Anthropic

Para investor mulai memperingatkan bahwa ketakutan ketinggalan (FOMO) dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) berpotensi menciptakan gelembung investasi berisiko pada perusahaan-perusahaan seperti OpenAI dan Anthropic.
Special Purpose Vehicles (SPV) semakin populer di kalangan investor ritel yang berebut mendapatkan saham perusahaan AI panas, dengan beberapa SPV mengenakan biaya hingga 20% dan struktur bertingkat yang mencurigakan.
OpenAI bahkan mengeluarkan peringatan resmi minggu ini bahwa investasi melalui SPV tidak resmi dapat menjadi tidak bernilai, sementara valuasi perusahaan AI terus melonjak hingga ratusan miliar dolar.
Ketika FOMO AI Memicu Investasi Berisiko
Dalam perkembangan terbaru dunia teknologi, muncul fenomena menarik di pasar investasi kecerdasan buatan (AI). Para investor semakin terjebak dalam ketakutan ketinggalan (Fear of Missing Out atau FOMO) terhadap perusahaan AI terkemuka seperti OpenAI, Anthropic, dan Perplexity.
Special Purpose Vehicles (SPV) adalah mekanisme yang memungkinkan investor menggabungkan dana mereka untuk berinvestasi dalam satu kesepakatan. Popularitas SPV melonjak drastis karena investor ritel berebut mendapatkan bagian saham di perusahaan-perusahaan AI yang sedang naik daun.
Bill Gurley, investor ventura terkenal di balik Uber, Grubhub, dan Zillow, memiliki pandangan tegas tentang SPV. "Teman tidak membiarkan temannya membeli SPV," ujarnya. Menurut Gurley, SPV memiliki kesan mencurigakan dan pendiri perusahaan yang baik menyadari hal ini.
OpenAI baru-baru ini menerbitkan postingan blog yang memperingatkan bahwa SPV tidak resmi dapat membuat investasi tidak bernilai. "Kami mendesak Anda untuk berhati-hati jika dihubungi oleh perusahaan yang mengaku memiliki akses ke OpenAI," kata perusahaan tersebut, memperingatkan bahwa dalam beberapa kasus, "penjualan tidak akan diakui dan tidak membawa nilai ekonomi bagi Anda."
Anthropic juga mengungkapkan ketidaksenangan mereka terhadap banyaknya SPV dalam putaran pendanaan terbaru senilai $170 miliar, bahkan sampai memberitahu beberapa perusahaan VC untuk tidak menggunakannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahkan perusahaan AI sendiri mulai waspada terhadap potensi risiko dari mekanisme investasi yang sedang marak ini.
Lapisan Biaya yang Mencekik dan Kurangnya Transparansi
Masalah utama dengan SPV dalam investasi AI adalah struktur biaya yang berlapis-lapis. Mark Klein, CEO SuRo Capital, mengatakan bahwa ketika dia pertama kali ingin berinvestasi di OpenAI tahun lalu, dia langsung menyadari tren yang mengkhawatirkan: setiap penawaran yang dia terima terlihat lebih mencurigakan dari yang sebelumnya. Struktur investasi begitu rumit sehingga dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia investasikan.
SPV bertingkat atau "lapisan ketiga" semakin umum, di mana setiap lapisan mengenakan biayanya sendiri yang semuanya dibebankan kepada investor. Michelle Lim, seorang pendiri dan investor angel, mengatakan dia telah melihat biaya dalam SPV yang mendukung perusahaan AI setinggi 16%, sementara Ankur Nagpal, pendiri Carry, menyebutkan tentang SPV berlapis dengan biaya manajemen 20%.
Noel Moldvai, CEO Augment, mengungkapkan bahwa dia telah melihat SPV yang mengenakan biaya manajemen di muka sebesar 20% untuk mendapatkan akses ke perusahaan AI dan pertahanan. Hari Raghavan, co-founder dan CEO Autograph, menjelaskan bahwa biaya-biaya ini bisa menjadi begitu tinggi sehingga, bahkan jika nilai perusahaan berlipat ganda, seorang investor mungkin hanya melihat keuntungan 25% dibandingkan dengan 80% untuk saham langsung.
Kurangnya transparansi menjadi masalah lain yang mengkhawatirkan. Menurut Leslie Feinzaig, founding partner di firma VC Graham & Walker, semakin jauh investor dari investasi asli, "semakin tidak jelas di mana posisi Anda ketika perusahaan benar-benar memiliki semacam peristiwa likuiditas." Shashi Tripathi dari Nurture Growth Fund menambahkan bahwa ketika dia mempertanyakan siapa investor asli di lapisan teratas SPV, mereka menolak mengungkapkan informasi tersebut.
Sistem yang begitu kompleks ini membuat investor kesulitan untuk keluar dari investasi mereka jika diperlukan. Bahkan lebih buruk lagi, dengan jaringan entitas yang begitu rumit, investor mungkin tidak tahu apakah mereka terpapar aktor jahat. Seperti yang dikatakan Raghavan, meskipun beberapa lapisan pertama mungkin sah, "lapisan ketiga bisa jadi penipuan total."
Potensi Gelembung di Pasar AI
Meski banyak kekhawatiran tentang SPV, beberapa investor membela mereka sebagai cara efektif bagi kelompok investor yang lebih luas untuk mengakses perusahaan-perusahaan elit - ketika dilakukan secara sah. Klein dari SuRo Capital akhirnya berinvestasi di SPV OpenAI yang ditawarkan oleh ARC Invest tahun lalu setelah menolak beberapa penawaran yang mencurigakan. Menurutnya, jika perusahaannya ingin berinvestasi langsung di OpenAI, ukuran cek minimum akan sebesar $250 juta, sehingga SPV menjadi satu-satunya pilihan.
Sementara investor terus melemparkan miliaran dolar ke perusahaan-perusahaan AI ini, ada kekhawatiran bahwa gelembung investasi sedang terbentuk. OpenAI dilaporkan mengumpulkan $40 miliar dan CEO Sam Altman telah berbicara tentang kebutuhan untuk mendanai infrastruktur senilai triliunan dolar. Bhavya Kashyap, seorang investor angel di San Francisco, memahami mengapa orang bisa terpikat oleh kesepakatan ini: pasar kerja sulit, dan kepemilikan rumah terus terasa semakin sulit dijangkau.
Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana jika Artificial General Intelligence (AGI) tidak terwujud dalam waktu dekat? Kashyap menyatakan, "Saya tidak akan terkejut jika seluruh hal ini meledak." Investor yang terburu-buru mendapatkan akses sekarang bisa kehilangan jumlah uang yang signifikan jika gelembung AI pecah, menambahkan dimensi risiko baru ke dalam lanskap teknologi yang berkembang pesat ini.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
