Duolingo Kinclong Usai 'Pecat' Manusia dan Genjot AI

Duolingo berhasil mendapatkan keuntungan besar setelah mengadopsi kebijakan 'AI-first', meskipun menuai kritik keras dari pengguna. Pendapatan perusahaan melonjak tinggi dengan saham meroket hampir 30% setelah pengumuman laporan keuangan kuartal terakhir.
Kebijakan kontroversial CEO Luis von Ahn untuk mengganti pekerja manusia dengan teknologi kecerdasan buatan justru membawa berkah finansial bagi perusahaan aplikasi pembelajaran bahasa tersebut.
Kini Duolingo optimis akan mencapai pendapatan lebih dari $1 miliar pada tahun 2025, dengan pertumbuhan pengguna aktif harian sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya.
Revolusi AI yang Menguntungkan
Duolingo mengejutkan publik pada April lalu ketika CEO Luis von Ahn mengumumkan transformasi perusahaan menjadi "AI-first". Kebijakan ini secara bertahap menghapuskan penggunaan pekerja kontrak dan membatasi perekrutan karyawan baru, kecuali untuk tim yang tidak dapat mengotomatiskan pekerjaannya.
Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan generatif, Duolingo berhasil meluncurkan 148 kursus bahasa baru, lebih dari dua kali lipat penawaran sebelumnya. Pencapaian ini akan membutuhkan waktu puluhan tahun jika dilakukan tanpa bantuan AI.
"Tanpa AI, kami akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menyediakan konten kepada lebih banyak pelajar," tulis von Ahn saat itu. "Kami berkewajiban kepada para pelajar untuk memberikan konten ini secepat mungkin."
Penggunaan AI dalam proses kreasi konten telah mempercepat siklus pengembangan produk Duolingo secara dramatis. Alih-alih mengandalkan tim penulis konten dan validator bahasa yang besar, algoritma cerdas kini dapat menghasilkan latihan, contoh kalimat, dan materi pembelajaran dalam waktu yang jauh lebih singkat.
Dampak positif dari efisiensi ini tercermin langsung pada laporan keuangan perusahaan. Duolingo mampu memangkas biaya operasional sambil tetap menghasilkan konten berkualitas tinggi yang menarik bagi pengguna baru dan mempertahankan pengguna lama.
Kemarahan Publik yang Tak Berdampak
Meskipun keputusan untuk menjadi perusahaan "AI-first" menuai kecaman di media sosial, hal ini ternyata tidak berdampak signifikan terhadap performa bisnis Duolingo. Kritik keras terhadap pengurangan pekerja manusia demi penerapan AI tidak memperlambat pertumbuhan pengguna aplikasi.
Von Ahn mengakui bahwa pernyataannya tentang AI tanpa konteks yang cukup memicu reaksi negatif di media sosial. Untuk mengatasi hal ini, tim Duolingo berhenti memposting konten yang kontroversial dan mulai memposting konten yang lebih positif untuk memperbaiki sentimen di media sosial.
Di TikTok, komentar-komentar teratas pada video Duolingo masih berisi kritik terhadap pendekatan AI perusahaan. Komentator sarkastis sering bertanya apakah video dengan beberapa orang di dalamnya dibuat dengan AI, yang dijawab Duolingo dengan, "Tidak. Dibuat oleh tim hebat kami!"
Namun, meskipun sentimen publik terhadap Duolingo telah berubah, hal ini tidak mempengaruhi pendapatan perusahaan. Dari perspektif bisnis, itulah yang terpenting.
Strategi komunikasi yang dijalankan Duolingo untuk meredam kritik menunjukkan kesadaran perusahaan akan pentingnya persepsi publik, meskipun pada akhirnya angka penjualan dan pertumbuhan pengguna lebih diprioritaskan.
Pelajaran Berharga tentang Transformasi AI
Kasus Duolingo memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan lain yang sedang mempertimbangkan transformasi serupa. Penerapan AI secara agresif dapat menghasilkan efisiensi operasional yang signifikan dan pertumbuhan bisnis yang pesat, meskipun mungkin menimbulkan kontroversi publik dalam jangka pendek.
Perusahaan yang mampu mengkomunikasikan manfaat AI dengan baik dan mengelola transisi dengan hati-hati akan memiliki peluang lebih besar untuk menikmati keuntungan dari teknologi ini. Pengalaman Duolingo menunjukkan bahwa meskipun resistensi publik terhadap otomatisasi berbasis AI tidak dapat dihindari, hal tersebut tidak selalu berdampak pada performa bisnis.
Di era di mana AI terus berkembang dan merevolusi berbagai industri, kisah sukses Duolingo mungkin akan menjadi cetak biru bagi perusahaan lain yang ingin mengadopsi pendekatan "AI-first" serupa di masa depan.
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
