Dua Warga Tiongkok Ditangkap AS, Penyelundupan GPU AI Bernilai Puluhan Juta Dolar

Dua Warga Tiongkok Ditangkap AS, Penyelundupan GPU AI Bernilai Puluhan Juta Dolar

Departemen Kehakiman Amerika Serikat baru saja mengumumkan penangkapan dua warga negara Tiongkok yang diduga terlibat dalam kasus penyelundupan GPU untuk kecerdasan buatan (AI) senilai puluhan juta dolar ke China. Kasus ini menunjukkan semakin ketatnya pengawasan AS terhadap ekspor teknologi sensitif ke negara rival utamanya.

Chuan Geng (28) dan Shiwei Yang (28) kini menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 20 tahun jika terbukti bersalah. Keduanya didakwa melanggar Export Control Reform Act dengan menyelundupkan chip-chip canggih yang digunakan untuk pengembangan AI dari Amerika Serikat ke China tanpa izin resmi.

Penangkapan ini menjadi bukti nyata ketegangan perang teknologi antara dua negara adidaya, khususnya di bidang AI yang semakin menjadi arena pertarungan pengaruh global.

Operasi Penyelundupan Chip AI yang Sistematis

Menurut siaran pers Departemen Kehakiman AS, Geng dan Yang menggunakan perusahaan bernama ALX Solutions Inc. sebagai kedok untuk melancarkan aksi ilegal mereka. Sejak Oktober 2022 hingga Juli 2025, keduanya diduga "dengan sengaja dan sadar" mengekspor teknologi sensitif, termasuk GPU (Graphics Processing Unit) ke China tanpa lisensi atau otorisasi dari pemerintah Amerika Serikat.

GPU menjadi incaran utama dalam kasus ini karena perannya yang sangat penting dalam pengembangan teknologi AI. Chip-chip canggih ini mampu melakukan komputasi paralel yang dibutuhkan untuk melatih model-model AI kompleks. Tanpa GPU berkemampuan tinggi, penelitian dan pengembangan AI akan terhambat secara signifikan.

Investigasi menunjukkan bahwa kedua tersangka telah mengirimkan lebih dari 20 pengiriman chip AI dan menerima pembayaran ilegal dalam jumlah besar. Skema ini berjalan selama hampir tiga tahun tanpa terdeteksi, menunjukkan adanya perencanaan yang matang dan jaringan yang terorganisir.

Penangkapan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah AS yang semakin agresif dalam membatasi akses China terhadap teknologi canggih, terutama komponen-komponen yang bisa digunakan untuk memperkuat kemampuan militer dan pengawasan massal.

Para ahli keamanan siber mencatat bahwa chip AI ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari pengembangan sistem persenjataan otonom hingga teknologi pengenalan wajah yang lebih canggih untuk keperluan pengawasan.

Perang Teknologi AI di Tengah Ketegangan Global

Kasus penyelundupan ini terjadi di tengah persaingan sengit antara Amerika Serikat dan China dalam penguasaan teknologi AI. Kedua negara berlomba untuk menjadi pemimpin global dalam bidang yang diyakini akan menentukan kekuatan ekonomi dan militer di masa depan.

Amerika Serikat telah menerapkan serangkaian pembatasan ekspor yang ketat untuk mencegah teknologi canggih mereka digunakan oleh pesaing geopolitik, terutama China. Pada Oktober 2022, pemerintah AS mengeluarkan aturan komprehensif yang membatasi ekspor chip AI canggih, termasuk GPU buatan NVIDIA dan AMD, ke China.

Di sisi lain, China telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mengembangkan industri semikonduktor domestik mereka, dengan tujuan mencapai kemandirian teknologi. Namun, kemajuan mereka masih terhambat oleh ketergantungan pada teknologi asing, terutama dalam produksi chip-chip canggih.

Penyelundupan GPU ini menunjukkan bahwa meskipun ada pembatasan ekspor yang ketat, masih ada celah yang dimanfaatkan untuk memindahkan teknologi sensitif secara ilegal. Para analis industri memperkirakan China mungkin tertinggal 5-10 tahun dalam kemampuan memproduksi chip AI terdepan, membuat akses ilegal terhadap teknologi ini semakin berharga.

Insiden ini juga menyoroti peran penting California sebagai pusat inovasi teknologi sekaligus titik rawan untuk aktivitas spionase dan pencurian teknologi. Kedua tersangka beroperasi dari Pasadena dan El Monte, kawasan dengan populasi Tionghoa-Amerika yang signifikan.

Implikasi untuk Masa Depan Teknologi AI

Penangkapan ini kemungkinan akan semakin memperketat pengawasan terhadap ekspor teknologi AI dari Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan teknologi mungkin akan menghadapi proses pemeriksaan yang lebih ketat dan regulasi yang lebih komprehensif terkait dengan penjualan produk mereka ke luar negeri.

Para pakar keamanan nasional memperingatkan bahwa pertarungan untuk dominasi AI akan semakin intensif dalam beberapa tahun ke depan. Teknologi ini memiliki potensi untuk mengubah paradigma ekonomi global, militer, dan bahkan struktur sosial masyarakat.

Sementara itu, komunitas AI global mengkhawatirkan bahwa ketegangan geopolitik yang meningkat bisa menghambat kolaborasi internasional yang sangat penting untuk kemajuan bidang ini, terutama dalam mengatasi tantangan-tantangan bersama seperti pengembangan AI yang aman dan etis.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.