Demis Hassabis: Revolusi AI 10 Kali Lebih Besar dan Cepat dari Revolusi Industri

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, menyatakan bahwa AI akan membawa perubahan yang jauh lebih besar dan cepat dibandingkan Revolusi Industri. Peraih Nobel Kimia 2024 ini memperkirakan kecerdasan buatan setara manusia (AGI) akan tercapai dalam 5-10 tahun mendatang.
Hassabis, yang dikenal sebagai pionir AI dan pendiri DeepMind, menekankan bahwa revolusi AI akan membawa "kelimpahan radikal" bagi manusia, dengan kemajuan pesat di bidang kedokteran, energi, dan material baru.
Meski demikian, Hassabis juga mengakui ada tantangan besar dalam mendistribusikan manfaat AI secara merata, serta pertanyaan filosofis tentang makna dan tujuan hidup manusia di era AI.
Perjalanan Sang Pionir AI
Demis Hassabis bukan orang biasa. Di usia 4 tahun, ia sudah menjadi pemain catur berbakat. Lahir dari ayah Yunani-Siprus dan ibu Tionghoa-Singapura, Hassabis tumbuh di lingkungan yang lebih condong ke seni. Ayahnya baru saja menyelesaikan sebuah musikal, sementara saudara perempuannya adalah seorang komposer.
Meski bersekolah di sekolah negeri London Utara, Hassabis memiliki pandangan jelas tentang masa depannya. Pahlawan masa kecilnya adalah pionir sains seperti Alan Turing dan Richard Feynman. Ia menggunakan hadiah dari turnamen catur untuk membeli komputer Sinclair ZX Spectrum dan Commodore Amiga, lalu belajar pemrograman sendiri.
Pada tahun 1990-an, Hassabis sudah berkecimpung di industri game yang mulai menggunakan AI. Di usia 17 tahun, ia membuat game hit "Theme Park" yang secara dinamis bereaksi terhadap cara pemain memainkannya.
Setelah belajar ilmu komputer di Universitas Cambridge dan mendapatkan gelar PhD di bidang neurosains dari University College London, Hassabis mendirikan DeepMind pada 2010 bersama Shane Legg dan Mustafa Suleyman dengan misi sederhana: "Memecahkan kecerdasan, lalu menggunakannya untuk memecahkan masalah lainnya."
DeepMind menarik perhatian Silicon Valley pada 2014 dengan AI yang bisa menguasai game Atari tanpa pengetahuan awal. Tidak lama kemudian, Google mengakuisisi perusahaan tersebut seharga £400 juta (sekitar Rp7,8 triliun).
Capaian dan Visi Masa Depan
Pencapaian DeepMind yang paling dikenal adalah mengalahkan juara dunia permainan Go pada 2016 dan AlphaFold yang mampu memprediksi struktur protein—sebuah terobosan yang membawa Hassabis meraih Nobel Kimia. DeepMind kini telah memecahkan struktur lebih dari 200 juta protein dan membuat sumber daya tersebut tersedia untuk umum.
Namun, lanskap AI berubah drastis pada 2022 dengan munculnya ChatGPT dari OpenAI. "Mereka benar-benar fokus pada penskalaan, hampir seperti bertaruh semuanya, yang cukup mengesankan," kata Hassabis. "Kami semua memiliki sistem yang sangat mirip, tapi kami bisa melihat kekurangannya, seperti kadang-kadang berhalusinasi."
Kini DeepMind telah menjadi "ruang mesin Google", dengan AI diintegrasikan ke setiap sudut bisnisnya: ringkasan pencarian AI, asisten pintar Gemini, generator gambar AI, kacamata pintar bertenaga AI, alat penerjemahan, dan asisten belanja.
Hassabis memperkirakan kecerdasan buatan setara manusia (AGI) akan tercapai dalam 5-10 tahun mendatang. "Saya tidak tahu apakah itu akan menjadi momen tunggal. Mungkin itu hal bertahap, tetapi kita akan memiliki sesuatu yang bisa kita sebut AGI, yang menunjukkan semua kemampuan kognitif manusia," ujarnya.
Visinya tentang masa depan AI sangat optimistis: "Dengan asumsi kita mengelolanya dengan aman dan bertanggung jawab, kita seharusnya berada di dunia yang saya sebut 'kelimpahan radikal'." Ia menggambarkan kemajuan medis, superkonduktor suhu ruangan, fusi nuklir, kemajuan material, dan matematika.
Tantangan dan Kekhawatiran
Meskipun optimis, Hassabis mengakui ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Konsumsi listrik dan air untuk pusat data AI masa depan diperkirakan sangat besar, terutama ketika dunia menghadapi krisis iklim. Namun, ia percaya manfaat dari AI untuk solusi iklim akan jauh melebihi biaya energinya.
Ada juga kekhawatiran bahwa "kelimpahan radikal" adalah cara lain untuk menggambarkan "pengangguran massal", karena AI sudah menggantikan pekerjaan manusia. "Itu akan menjadi salah satu hal terbesar yang harus kita pecahkan," akunya. "Katakanlah kita mendapatkan kelimpahan radikal dan mendistribusikannya dengan baik, apa yang terjadi selanjutnya?"
Terlepas dari tantangan-tantangan itu, Hassabis tetap optimis. "Jika kita diberi waktu, saya percaya pada kecerdikan manusia. Saya pikir kita akan berhasil. Manusia sangat adaptif. Perbedaannya di sini adalah, ini akan 10 kali lebih besar dari Revolusi Industri, dan mungkin 10 kali lebih cepat."
(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)
Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.
