ChatGPT Alami Penurunan Pengguna Pertama Kali Sejak Diluncurkan

ChatGPT Alami Penurunan Pengguna Pertama Kali Sejak Diluncurkan

Penggunaan ChatGPT oleh perusahaan mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak diluncurkan pada November 2022. Laporan terbaru menunjukkan bahwa perusahaan mulai beralih ke platform kecerdasan buatan (AI) lain yang lebih terintegrasi dengan alur kerja mereka.

Menurut laporan dari perusahaan perangkat lunak AS, Netskope, hanya 78 persen organisasi yang menggunakan ChatGPT baru-baru ini, turun dari 80 persen pada Februari 2025. Ini merupakan penurunan pertama yang dialami oleh ChatGPT sejak kemunculannya.

Meskipun mengalami penurunan, ChatGPT masih menjadi platform AI yang paling banyak digunakan dibandingkan pesaingnya seperti Google Gemini dan Microsoft Copilot.

Pesaing Mulai Menggerogoti Dominasi ChatGPT

Data yang diperoleh Netskope berasal dari analisis terhadap 3.500 pelanggan mereka. Perusahaan ini memiliki database internal yang melacak seberapa sering pelanggan menggunakan 317 aplikasi dan chatbot AI berbeda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa organisasi kini lebih memilih pesaing seperti Google Gemini dan Microsoft Copilot. Alasannya sederhana, kedua platform tersebut sudah terintegrasi dengan alur kerja kantor yang ada, misalnya dengan Microsoft Office 365 atau Github.

Meskipun terjadi penurunan, ChatGPT masih memimpin dalam hal penggunaan keseluruhan. Sekitar 55 persen perusahaan menggunakan Gemini dan hanya 37 persen yang menggunakan Copilot.

Platform AI populer lainnya yang banyak diadopsi oleh bisnis adalah Claude dari Anthropic, Perplexity AI, Grammarly untuk pemeriksaan ejaan, dan Gamma AI yang bekerja dengan presentasi PowerPoint.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa 90 persen bisnis meminta karyawan mereka untuk mengakses alat AI secara langsung seperti ChatGPT, Gemini, atau Copilot pada tahun 2025.

Risiko Keamanan Data Meningkat Seiring Adopsi AI

Terlepas dari adopsi besar-besaran oleh dunia bisnis, masih ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Risiko terbesar adalah perlindungan data, mengingat pengguna dapat mengekspos data sensitif atau kekayaan intelektual ketika mereka mengirim prompt dan mengunggah informasi ke chatbot AI.

Perusahaan yang menggunakan AI generatif di tempat kerja sering menggunakan chatbot untuk meringkas atau menghasilkan teks baru berdasarkan dokumen, kumpulan data besar, atau kode sumber – semua hal yang bisa mengandung data sensitif.

Jumlah prompt yang diterima bot AI juga meningkat 30 kali lipat pada tahun 2025. Rata-rata, perusahaan mengirimkan sekitar 7,7 gigabyte data ke chatbot AI setiap bulan, naik dari hanya 250 megabyte per bulan pada tahun 2024.

Kecenderungan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga paruh kedua tahun ini. "Peningkatan cepat dalam volume data yang dikirim ke aplikasi AI generatif secara signifikan meningkatkan risiko keamanan data," kata laporan tersebut, mencatat bahwa hal ini berpotensi menyebabkan informasi sensitif dibagikan, terekspos, atau disalahgunakan oleh aplikasi.

Tantangan Baru di Era AI Generatif

Penurunan penggunaan ChatGPT menandai pergeseran penting dalam lanskap AI generatif. Meskipun ChatGPT menjadi pionir yang membuka jalan bagi adopsi AI generatif secara luas, persaingan yang semakin ketat dari platform yang terintegrasi dengan alur kerja yang sudah ada mulai mengubah preferensi pengguna.

Perusahaan kini harus menyeimbangkan manfaat produktivitas dari alat AI dengan risiko keamanan data yang semakin meningkat. Dengan volume data yang dikirim ke platform AI meningkat secara dramatis, kebutuhan akan kebijakan keamanan yang kuat menjadi semakin mendesak.

Sementara persaingan di antara platform AI terus berlanjut, fokus masa depan kemungkinan akan beralih ke penyediaan solusi yang tidak hanya canggih, tetapi juga lebih aman dan lebih terintegrasi dengan ekosistem kerja yang ada.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.