Chairman OpenAI Peringatkan Bubble AI: Banyak Orang Akan Rugi Besar

Chairman OpenAI Peringatkan Bubble AI: Banyak Orang Akan Rugi Besar

Ketua dewan direksi OpenAI, Bret Taylor, mengeluarkan peringatan keras tentang gelembung spekulasi AI yang sedang terjadi saat ini, memprediksi banyak investor akan mengalami kerugian finansial yang sangat besar. Mantan CTO Facebook dan CEO platform bisnis AI Sierra ini mendukung pendapat CEO OpenAI Sam Altman bahwa industri tengah berada dalam bubble AI yang berbahaya namun juga berpotensi menghasilkan inovasi besar. Peringatan ini menggemparkan dunia investasi teknologi dan memberikan sinyal penting bagi pengembang AI tentang volatilitas pasar yang akan datang.


Peringatan Bubble AI dari Petinggi Industri Teknologi

Bret Taylor, ketua dewan direksi OpenAI, memberikan analisis mendalam tentang kondisi industri AI saat ini yang menurutnya sedang mengalami gelembung spekulasi berbahaya. Dalam podcast terbaru The Verge "Decoder", Taylor mengakui bahwa meskipun AI akan mengubah ekonomi global dan menciptakan nilai ekonomi besar seperti internet, namun banyak investor akan mengalami kerugian finansial yang luar biasa.

Taylor menekankan bahwa kedua kondisi ini dapat terjadi bersamaan - transformasi ekonomi yang positif dan bubble yang merugikan investor. Menurutnya, ada banyak preseden historis dimana kedua fenomena ini terjadi secara bersamaan, memberikan pelajaran penting tentang siklus inovasi teknologi yang tidak dapat dihindari.

Sam Altman, CEO OpenAI, telah menggemakan sentimen serupa bulan lalu dengan memperingatkan akan adanya pemenang besar dan pecundang besar dari siklus hype AI. Altman menyatakan bahwa seseorang akan kehilangan uang dalam jumlah yang luar biasa besar, meskipun tidak dapat diprediksi siapa yang akan mengalami kerugian tersebut.

Peringatan dari dua figur penting OpenAI ini bergabung dengan deretan peringatan dari raksasa industri dan ekonom lainnya tentang bagaimana lonjakan astronomis AI telah mendorong investor untuk terlalu berlebihan menghargai perusahaan-perusahaan, menggelembungkan valuasi mereka jauh melampaui nilai sebenarnya.

Torsten Sløk, kepala ekonom Apollo Global Management, memperingatkan pada Juli bahwa 10 perusahaan teratas di S&P 500 saat ini lebih dinilai berlebihan dibandingkan era dotcom 25 tahun lalu. Peringatan serupa juga datang dari Joseph Tsai dari Alibaba dan Tom Siebel dari C3.ai yang menyatakan industri tengah memasuki bubble AI yang berbahaya.

Pelajaran dari Keruntuhan Dotcom dan Konsekuensi Finansial

Keruntuhan bubble dotcom tahun 2000 memberikan gambaran mengerikan tentang potensi dampak pecahnya bubble teknologi. NASDAQ mencapai puncaknya di 5.048 unit pada Maret 2000, namun kemudian terjun bebas ke 1.139,90 unit pada Oktober - penurunan drastis sebesar 77 persen yang menghancurkan portofolio jutaan investor.

Penurunan pasar yang berlanjut hingga 2002 menghapus sekitar $5 triliun dalam kapitalisasi pasar, menunjukkan skala kerusakan finansial yang dapat ditimbulkan oleh pecahnya bubble teknologi. Kerugian ini tidak hanya mempengaruhi investor institusional tetapi juga menghancurkan tabungan pensiun dan investasi individu di seluruh dunia.

Taylor menekankan pentingnya memperhatikan pemenang besar dari era dotcom ketika menarik kesimpulan tentang dampak pecahnya bubble dan artinya bagi industri teknologi. Meskipun banyak perusahaan internet yang terlalu dibesar-besarkan, tidak berarti hype tersebut tidak berdasar untuk perusahaan-perusahaan tertentu yang kemudian menjadi raksasa teknologi.

Keruntuhan dotcom menghasilkan kegagalan terkenal seperti Pets.com, pengecer perlengkapan hewan yang bangkrut karena memprioritaskan pertumbuhan cepat, dan Webvan, perusahaan pengiriman bahan makanan yang mengajukan kebangkrutan pada Juli 2001. Namun era tersebut juga melahirkan Amazon dan Google yang kini menjadi beberapa perusahaan terbesar di dunia.

Peluang dalam Kekacauan: Pembelajaran dari Sejarah Teknologi

Taylor menunjukkan bahwa harga saham Amazon telah tumbuh hampir 15.000 persen sejak Oktober 2000, sementara Google yang tidak diperdagangkan publik pada tahun 2000 kini mencapai kapitalisasi pasar lebih dari $2,9 triliun. Pertumbuhan fenomenal ini membuktikan bahwa meskipun bubble berbahaya, inovasi sejati tetap dapat menghasilkan nilai ekonomi yang luar biasa.

Bahkan perusahaan-perusahaan yang gagal seperti Webvan tetap meninggalkan jejak dalam dunia teknologi, membuka jalan bagi perusahaan seperti Instacart dan DoorDash untuk membangun di atas fondasi yang telah diletakkan oleh perusahaan pengiriman ritel di awal milenium. Kegagalan awal sering menjadi batu loncatan untuk inovasi yang lebih matang kemudian.

Taylor mengindikasikan bahwa akan ada pemenang dari boom AI, namun sulit untuk memprediksi seperti apa kemenangan tersebut. Dia menunjuk pada perusahaan-perusahaan serat optik, banyak di antaranya bangkrut akibat keruntuhan dotcom, namun tidak sebelum membuat dampak signifikan dalam meningkatkan kecepatan data. Global Crossing, yang memiliki valuasi $55 miliar di masa jayanya, bangkrut pada 2002 setelah gagal menemukan pelanggan yang cukup untuk menguntungkan.

Bagi pengembang AI dan perusahaan software AI, peringatan ini memberikan perspektif penting tentang pentingnya fokus pada nilai fundamental daripada hype pasar. Karena jumlah peluang ekonomi yang besar, akan ada banyak investor, dan beberapa perusahaan akan gagal sementara yang lain akan sukses besar.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.


Sumber dan Referensi:

[1] OpenAI board chair doubles down on CEO Sam Altman's belief we're in an AI bubble - Fortune

[2] The Verge Decoder Podcast Interview

[3] Apollo Global Management overvaluation warning - Fortune

[4] Amazon stock performance data - Yahoo Finance

[5] Google market cap information - Stocktwits