Box CEO Prediksi Era Kontekstual AI Agent

Box CEO Prediksi Era Kontekstual AI Agent

CEO Box Aaron Levie menggemparkan industri teknologi dengan mengumumkan era baru "context AI" yang akan merevolusi cara kerja perusahaan. Dengan meluncurkan Box Automate, platform manajemen konten cloud ini memimpin transformasi dari AI chatbot sederhana menuju AI agent autonomous yang bekerja di balik layar, mengubah paradigma otomasi bisnis selamanya.


Revolusi Otomasi Data Tidak Terstruktur

Selama bertahun-tahun, dunia bisnis telah berhasil mengotomatisasi hampir semua proses yang melibatkan data terstruktur - mulai dari sistem CRM, ERP, hingga HR. Namun ada satu wilayah yang selama ini tidak tersentuh: data tidak terstruktur. Aaron Levie, CEO Box, kini mengklaim bahwa era AI agent telah tiba untuk mengatasi tantangan ini.

Dalam konferensi BoxWorks yang digelar pada hari Kamis, Levie mengumumkan Box Automate - sistem operasi revolusioner untuk AI agent yang mampu memecah workflow kompleks menjadi segmen-segmen yang dapat diaugmentasi dengan artificial intelligence sesuai kebutuhan. Sistem ini menandai babak baru dalam otomasi bisnis yang selama ini dianggap mustahil.

"Mayoritas dampak AI saat ini terfokus pada workflow yang melibatkan data tidak terstruktur. Selama ini kita sudah bisa mengotomatisasi apapun yang berhubungan dengan data terstruktur yang masuk ke database," jelas Levie dalam wawancara eksklusifnya. "Tapi kita belum pernah bisa menghadirkan otomasi untuk hal-hal yang menyentuh data tidak terstruktur."

Pernyataan ini mengacu pada proses-proses bisnis krusial seperti legal review, manajemen aset marketing, hingga deal review M&A - semua melibatkan data tidak terstruktur yang selama ini membutuhkan campur tangan manusia untuk review, update, dan pengambilan keputusan.

Box Automate hadir sebagai jawaban atas keterbatasan ini dengan memungkinkan deployment AI agent pada skala enterprise untuk workflow dan proses bisnis organisasi manapun. Sistem ini memecah tugas kompleks menjadi sub-agent spesialisasi yang bekerja secara koordinat, mencegah terjadinya "context rot" yang sering dialami oleh AI agent tunggal.

Arsitektur Masa Depan: Sub-Agent vs Super-Agent

Salah satu insight paling menarik dari Levie adalah kritiknya terhadap pendekatan "super-agent" yang sedang tren di industri. Menurutnya, model AI saat ini memiliki keterbatasan fundamental dalam hal context window yang membuat long-running agent dengan unlimited context menjadi tidak praktis.

"Kita sudah melihat keterbatasan bahkan pada sistem agentic paling advanced seperti Claude Code. Di titik tertentu dalam sebuah task, model kehabisan ruang context-window untuk terus membuat keputusan yang baik," ungkap Levie menjelaskan filosofi behind-the-scene dari Box Automate.

Solusi yang ditawarkan Box adalah arsitektur sub-agent yang memungkinkan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi. Misalnya, memisahkan submission agent dari review agent, sehingga setiap komponen dapat bekerja optimal dalam domain keahliannya masing-masing tanpa terbebani oleh kompleksitas keseluruhan workflow.

Pendekatan ini tidak hanya mengatasi masalah teknis context limitation, tetapi juga memberikan kontrol yang lebih granular kepada enterprise customer dalam menentukan seberapa "agentic" mereka inginkan setiap task. Levie menegaskan bahwa sistem mereka dirancang future-proof - ketika model AI semakin canggih, pengguna akan langsung mendapat benefit tersebut melalui platform Box.

Konteks Adalah Kunci: Data Security dalam Era AI

Dalam era yang Levie sebut sebagai "era of context within AI," keamanan data menjadi perhatian utama. AI model dan agent membutuhkan konteks untuk bekerja efektif, dan konteks tersebut tersimpan dalam data tidak terstruktur milik perusahaan. Namun, banyak deployment AI enterprise gagal karena mengabaikan aspek access control dan data governance.

Box memanfaatkan pengalaman puluhan tahun dalam membangun sistem yang menangani masalah fundamental ini: memastikan hanya orang yang tepat yang memiliki akses ke setiap piece of data di enterprise. Ketika AI agent menjawab pertanyaan, sistem dapat menjamin secara deterministik bahwa agent tidak akan menggunakan data yang tidak boleh diakses oleh user tersebut.

"Jika Anda berpikir tentang apa yang dibutuhkan enterprise ketika mereka deploy AI pada skala besar, mereka butuh security, permissions, dan kontrol," tegas Levie menggarisbawahi competitive advantage Box dalam menghadapi kompetisi dari foundation model companies seperti Anthropic yang baru saja meluncurkan fitur direct file upload.

Bagi perusahaan AI native seperti Burhan Infratek, pendekatan Box ini memberikan blueprint yang valuable untuk membangun sistem AI enterprise yang tidak hanya powerful, tetapi juga aman dan compliant dengan standar governance perusahaan.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.


Sumber dan Referensi :

[1] Box CEO Aaron Levie on AI's 'era of context'

[2] Box CEO Aaron Levie tells BI the fix for AI's 'context rot' isn't one super-agent

[3] Box expands its toolbox with more AI agents for search, deep research and data extraction

[4] Instead Of Chat, The Final Form Factor Of AI Could Be Agents Running In The Background

[5] Box's AI-Powered Transformation: Reshaping Enterprise Productivity