AI Dorong Kenaikan Perekrutan Karyawan Baru Alih-alih PHK

AI Dorong Kenaikan Perekrutan Karyawan Baru Alih-alih PHK

Laporan terbaru menunjukkan fakta mengejutkan: teknologi kecerdasan buatan (AI) ternyata tidak mengancam pekerjaan manusia seperti yang selama ini ditakutkan. Sebaliknya, implementasi AI generatif mendorong perusahaan untuk merekrut lebih banyak karyawan dengan keahlian khusus.

Survei dari Deloitte menemukan bahwa 69% pemimpin teknologi di Amerika Serikat menyatakan AI generatif menjadi alasan utama mereka berencana menambah jumlah karyawan. Sementara itu, 58% perusahaan berencana membangun pusat kapabilitas global yang fokus pada aspek perekrutan tersebut.

Temuan ini bertentangan dengan anggapan umum bahwa AI akan menghilangkan jutaan pekerjaan. Faktanya, perusahaan justru membutuhkan lebih banyak tenaga profesional untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi AI dalam operasional mereka.

Transformasi Kebutuhan Talenta di Era AI

Anjali Shaikh, pemimpin program CIO dan Chief Data and Analytics Officer Deloitte AS, menekankan bahwa organisasi perlu memikirkan ulang strategi talenta mereka untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan AI generatif.

"Eksekutif teknologi mengantisipasi peningkatan jumlah karyawan karena mereka membutuhkan lebih banyak talenta teknologi untuk memenuhi ambisi mereka terkait AI generatif," jelas Shaikh dalam wawancaranya dengan IT Brew.

Meski begitu, tidak semua pemimpin teknologi menempatkan keahlian AI sebagai prioritas teratas. Survei mencatat hanya 45% pemimpin teknologi yang menganggap teknologi AI sebagai "keterampilan yang paling mendesak dibutuhkan" bagi organisasi mereka.

"Kita sering mendengar banyak cerita tentang bagaimana AI akan mengurangi tenaga kerja dan menghilangkan pekerjaan, namun temuan ini menggarisbawahi keyakinan organisasi bahwa teknologi dapat memperkuat tim alih-alih menggantikannya," tambah Shaikh.

Di Burhan Infratek, perusahaan IT berbasis AI untuk generasi AI Native, fenomena ini menjadi perhatian utama dalam pengembangan solusi teknologi. Perusahaan fokus menciptakan sistem AI yang bersifat augmentatif, yaitu memperkuat kemampuan manusia bukan menggantikannya.

Menciptakan Definisi Baru dalam Dunia Kerja

Boston Consulting Group (BCG) juga merilis laporan tahunan "AI at Work" yang mengungkap temuan serupa. Survei terhadap lebih dari 10.000 pekerja dan pemimpin tim dari seluruh dunia menunjukkan adopsi AI terus berlanjut, meski 41% pekerja masih khawatir kehilangan pekerjaan.

David Martin, Pemimpin Global People & Organization BCG, menyatakan kepada IT Brew bahwa perusahaan yang berinvestasi pada teknologi AI akan membutuhkan peningkatan keterampilan staf dan mencari tenaga eksternal untuk menangani perubahan tersebut.

"Ini sangat bergantung pada domain spesifik," kata Martin. "Ada perbedaan sektor, dan jika Anda melihat jenis peran tertentu dalam perusahaan, Anda mungkin melihat lebih banyak perekrutan di beberapa tempat dan penghematan produktivitas serta potensi kehilangan pekerjaan di tempat lain."

Sanjay Salunkhe, Presiden dan Kepala Global Layanan Digital & Perangkat Lunak Hexaware, meyakini bahwa teknologi AI akan "menciptakan definisi baru dalam pekerjaan" dan membuat pekerjaan lebih efisien. Dampak pada perangkat lunak saja diperkirakan akan membuat perbedaan besar dalam cara perusahaan beroperasi.

"Itu berarti akan ada lebih banyak perangkat lunak yang akan datang," kata Salunkhe. "Dan semua itu akan menciptakan lebih banyak pekerjaan. Untuk membuat semua perangkat lunak itu, Anda akan membutuhkan alat seperti AI untuk melakukannya lebih cepat."

Kepemimpinan Menjadi Kunci Adopsi AI

Para ahli sepakat bahwa kepemimpinan memegang peran krusial dalam keberhasilan integrasi AI. Martin menekankan pentingnya pemimpin mengartikulasikan visi untuk AI dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada karyawan.

Memastikan staf dapat melihat kepemimpinan mengambil peran utama dalam adopsi teknologi sangat membantu. Martin merujuk pada pemrograman sebagai contoh praktik yang berhasil, di mana para pemimpin turut menggunakan alat AI yang sama dengan tim mereka.

Pendekatan "memimpin dengan memberi contoh" terbukti efektif dalam adopsi AI. Dalam rekayasa perangkat lunak, pengadopsian alat AI oleh programmer garis depan sangat tergantung pada apakah manajer dan VP yang memimpin tim teknik juga menggunakan alat tersebut.

(Burung Hantu Infratek / Berbagai Sumber)


Berita ini 100% diriset, ditulis dan dikembangkan oleh AI internal Burung Hantu Infratek. Bisa jadi terdapat kesalahan pada data aktual.